Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
Nasehat (17):
Perhatian terhadap Anak-anak di Rumah.
Perhatian terhadap Anak-anak di Rumah.
Dalam hal ini ada
beberapa segi yang perlu diperhatikan,diantaranya:
Hafalan Al-Quran dan kisah-kisah Islami.
Betapa indah manakala
sang ayah mengumpulkan anak-anaknya untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat
Al-Quran dengan sedikit keterangan, lalu memberikan hadiah-hadiah bagi yang
bisa menghafalkannya. Seorang anak yang masih kecil bisa juga telah hafal surat
Al-Kahfi karena ayahnya selalu mengulang-ulang bacaan ayat tersebut setiap kali
hari Jumaat. Demikian pula dengan mengajari anak-anak dasar-dasar akidah Islam
seperti yang termuat dalam hadits: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Dan mengajari mereka adab (akhlak) serta doa-doa. Seperti doa makan, tidur,
bersin, juga membiasakan salam dan minta izin. Termasuk yang amat menarik dan
berpengaruh besar terhadap anak adalah dengan menceritakan dan memperdengarkan
kepada mereka kisah-kisah Islami.
Diantara kisah-kisah
itu adalah kisah Nabi Nuh alaihis salam dan banjir topan, kisah Nabi Ibrahim
alaihis salam dalam menghancurkan patung-patung lalu pelemparan Nabi lbrahim
alaihis salam ke dalam api, kisah Nabi Musa dan selamatnya dari Firaun yang
kemudian ia tenggelam dalam lautan, kisah Nabi Yunus alaihis salam dalam perut
ikan, kisah singkat Nabi Yusuf alaihis salam dan perjalanan hidup Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam seperti diutusnya beliau sebagai rasul dan kisah
hijrah, petikan peperangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam seperti
perang Badar dan Khandaq dan yang lain seperti kisah beliau dengan laki-laki
dan unta yang menjadikannya lapar dan bersusah payah. Juga kisah orang-orang
shalih, seperti kisah Umar bin Khathab radhiyallah anhu dengan seorang ibu
bersama anak-anaknya yang kelaparan di dalam kemah, kisah para penggali parit
(Ashaabul Ukhduud), kisah pemilikpemilik kebun dalam surat Nun, dan tiga orang
yang tersekap di dalam gua dan sebagainya.
Semua hal di atas
hendaknya diringkas dan disederhanakan dengan beberapa komentar dan pengambilan
ibrah (pelajaran), kita tidak membutuhkan cerita-cerita yang bermacam-macam
yang menyimpang dari aqidah dan penuh khurafat atau yang menakutkan (horor)
sehingga merusak jiwa anak karena mewariskan rasa takut dan pengecut.
Hati-hati terhadap
keluarnya anak-anak bersama teman jalanan (yang semaunya). Akibatnya anak-anak
akan pulang ke rumah dengan membawa ucapan dan akhlak yang tercela. Sebaiknya
teman-teman mereka dipilihkan dari anak-anak kerabat dan tetangga lalu mereka
dipanggil ke rumah sehingga bermain di dalam rumah.
Perhatian terhadap
mainan anak-anak yang menghibur dan mendidik. Hendaknya disediakan ruangan
untuk anak-anak bermain. Baik juga jika ada lemari khusus sehingga anak-anak
bisa menertibkan mainan mereka di dalam lemari tersebut. Hendaknya dihindari
beberapa permainan yang bertentangan dengan syariat, seperti: alat-alat musik,
yang bertanda gambar salib, atau permainan dadu. Akan lebih baik jika dipenuhi
sarana yang menunjang ketrampilan bagi anak-anak remaja seperti pertukangan,
elektronika, mekanika dan beberapa permainan (games) komputer yang dibolehkan.
Tetapi dalam hal ini,
kita mengingatkan bahaya program komputer yang bisa menampilkan gambar
wanita-wanita perusak, juga permainan yang di dalamnya terdapat gambar salib,
bahkan sebagian mengatakan, salah satu game computer berbentuk permainan judi. Demikian juga ada
game yang menampilkan empat gadis di layar monitor.
Orang yang memainkan
game ini harus memilih salah satu di antara empat gambar tersebut yang
kesemuanya hampir mirip. Jika menang dalam game ini, pemain akan diberi
pertanda hadiah dengan keluarnya gadis yang paling seronok dan porno,
naudzubillah.
Memisahkan antara
anak laki-laki dengan anak perempuan dalam tidur. Inilah perbedaan cara
menertibkan rumah antara orang yang taat beragama dengan orang yang sama sekali
tidak memperhatikan persoalan agama.
Bercanda dan
menyayangi. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mencandai anak-anak,
mengusap kepala mereka dan memanggil mereka dengan penuh kasih sayang dan
kelembutan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan oleh-oleh
pertama kali kepada anak yang paling kecil, terkadang sebagian dari anak-anak
itu menaiki Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Di bawah ini adalah dua
contoh canda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada Hasan dan Husain.
Dari Abu Hurairah radhiyallah anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menjulurkan lidahnya kepada Hasan bin Ali maka anak itu melihat merahnya
lidah beliau sehingga taajub dan menarik minatnya lalu ia segera menghampiri
beliau.
Dari Yala bin Murrah
ia berkata: Kami keluar bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu kami
diundang untuk makan. Tiba-tiba Husain sedang bermain di jalan maka Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam segera (menghampirinya) di hadapan banyak orang.
Beliau membentangkan kedua tangannya lalu anak itu lari ke sana kemari sehingga
membuat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tertawa sampai beliau (berhasil)
memegangnya lalu beliau letakkan salah satu tangannya di bawah dagu anak
tersebut dan yang lain di tengah-tengah kepalanya kemudian Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam menciumnya. Pembahasan dalam hal ini sangat
panjang. Mudah-mudahan penulis berkesempatan membahasnya secara tersendiri
dalam buku lain, Insya Allah.
Nasehat (18):
Mengatur Waktu Tidur dan Makan.
Mengatur Waktu Tidur dan Makan.
Sebagian rumah, punya kondisi layaknya
hotel, hampir penghuninya tidak mengenal satu sama lain, dan jarang sekali
mereka bertemu. Sebagian anak makan atau tidur kapan saja mereka suka sehingga
menyebabkan mereka begadang dan menyianyiakan waktu, juga menumpuk antara
makanan yang satu dengan lainnya. Kekacauan seperti ini menyebabkan runtuhnya
tali ikatan, semangat dan waktu yang sia-sia serta membentuk jiwa tidak
konsisten (istiqamah).
Sebagian orang yang pandai berdalih
mengatakan, anak-anak yang sekolah dan kuliah waktu keluarnya tidak bersamaan,
laki-laki dan perempuan, demikian pula halnya dengan pegawai, buruh dan
pedagang. Akan tetapi kondisi seperti ini tidak berlaku untuk semua. Sungguh,
tidak ada kenikmatan yang melebihi berkumpulnya satu keluarga di meja makan,
lalu menggunakan kesempatan tersebut untuk mengetahui keadaan masing-masing
serta mendiskusikan sesuatu yang bermanfaat. Bagi pemimpin rumah tangga
hendaknya menentukan waktu kembali (pulang) ke rumah, dan izin kalau mau
bepergian, terutama bagi anak-anak kecil - (sedikit) dalam umur dan akal - yang
masih dikhawatirkan terjadi apa-apa atas mereka.
Nasehat (19):
Meluruskan Pekerjaan Wanita di Luar Rumah.
Meluruskan Pekerjaan Wanita di Luar Rumah.
Syariat Islam adalah
saling melengkapi satu sama lain. Ketika Allah memerintah para wanita dengan
firmanNya: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu. (Al-Ahzab:33). Maka Allah
menjadikan ada orang yang wajib menafkahi mereka, seperti ayah atau suami. Pada
hukum asalnya, wanita tidak dibolehkan bekerja di luar rumah kecuali karena
suatu kebutuhan. Sebagaimana ketika Musa alaihis salam melihat dua anak gadis
orang shalih yang menahan (menghambat) kambing gembalaannya menunggu giliran.
Musa menanyakan kepada mereka: Apakah maksudmu (dengan berniat begitu)? Kedua
wanita itu menjawab: Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah
orang tua yang lanjut usianya. (Al-Qashash: 23). Kedua wanita itu seketika
menyampaikan alasannya mengapa mereka keluar memberi minum kambing ternaknya,
yakni sebab wali tak mampu lagi bekerja karena usianya telah lanjut. Karena itu
hendaknya kita berusaha untuk menjaga agar wanita muslimah tidak bekerja di
luar rumah, selama hal itu memungkinkan. Allah berfirman: Salah seorang dari
kedua wanita itu berkata: Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya
(Al-Qashash: 26).
Wanita tersebut
dengan kalimat-kalimatnya menjelaskan keinginannya untuk kembali ke rumah
sehingga dirinya terlindungi dari kejelekan dan gangguan yang bisa saja terjadi
jika ia bekerja di luar rumah. Ketika orang-orang kafir pada zaman ini
membutuhkan wanita pekerja setelah Perang Dunia I dan II maka itu adalah untuk
mengganti kekurangan laki-laki. Kondisinya sangat sulit karena mereka harus
mengembalikan denyut kemajuan yang telah dihancurkan oleh perang. Program
Yahudi itu sangat getol dalam pembebasan wanita, mereka menyerukan hak-hak
wanita, dengan maksud untuk menghancurkan wanita, yang selanjutnya akan
menghancurkan bangunan masyarakat, yang awalnya disebabkan oleh keluarnya
wanita untuk bekerja. Meskipun motivasi (yang mendasari semangat) yang kita
miliki tidak seperti yang mereka miliki, sedang setiap pribadi muslim mesti
menjaga isteri dan menafkahi mereka, akan tetapi gerakan pembebasan wanita
semakin bersemangat, bahkan sampai menuntut perlu dikirimnya wanita-wanita ke
luar negeri, selanjutnya meminta mereka bekerja agar ijazah yang mereka miliki
tidak sia-sia. Ini adalah sebuah kekeliruan.
Masyarakat muslim
sungguh tidak membutuhkan persoalan wanita bekerja ini dalam lapangan yang
luas. Diantara argumen dalam masalah tersebut adalah terdapatnya laki-laki yang
menganggur sementara lapangan bagi kaum wanita terus dibuka dan diperluas.
Ketika kita mengatakan, dalam lapangan yang luas maka pemahaman maknanya amat
kita perhatikan. Sebab kebutuhan terhadap pekerjaan wanita di beberapa sektor
seperti pengajaran, kebidanan, dan kedokteran sesuai dengan syarat-syarat agama
adalah tetap diperlukan. Kita awali pembahasan ini dengan mukaddimah seperti di
muka, karena kita saksikan bahwa sebagian wanita keluar bekerja dengan tidak
karena kebutuhan, bahkan terkadang dengan gaji yang sangat kecil sebab ia
merasa harus keluar bekerja meski ia sendiri tidak membutuhkannya, bahkan meski
di tempat yang tidak cocok untuknya, setelah itu terjadi berbagai fitnah yang
besar. Agar adil, maka kita mengatakan: Sesungguhnya bekerjanya wanita terkadang
memang benar-benar suatu kebutuhan. Misalnya wanita itulah yang menanggung dan
menopang ekonomi keluarga setelah kematian suami atau ayahnya telah tua renta
sehingga tak sanggup bekerja atau yang semisalnya.
Di sebagian negara,
karena nilai-nilai masyarakatnya tidak atas dasar nilai-nilai Islami maka
terpaksa isteri bekerja untuk ikut menutupi kebutuhan rumah tangga bersama
suaminya, bahkan seorang laki-laki tidak mau meminang kecuali kepada wanita
yang telah bekerja, lebih dari itu sebagian mereka dalam akad nikahnya
mensyaratkan agar calon isterinya itu bekerja.
Kesimpulan:
Terkadang wanita bekerja untuk kebutuhan
atau untuk tujuan yang Islami seperti dakwah kepada Allah di medan pendidikan,
atau sebagai hiburan seperti yang terjadi pada sebagian mereka yang tidak
memiliki anak. Adapun dampak negatif bekerjanya wanita di luar rumah, di
antaranya yaitu:
Timbulnya berbagai bentuk kemungkaran,
seperti ikhtilath (percampuran antara laki-laki dan perempuan tanpa hijab),
yang berakibat saling berkenalan lalu melakukan khalwat (berduaan), menggunakan
wewangian untuk menarik lelaki, memperlihatkan perhiasan kepada mereka, yang
pada akhirnya bisa berlanjut jauh hingga pada perzinaan.
Tidak memberikan hak suami, meremehkan
persoalan rumah dan melalaikan hak-hak anak (dan ini adalah tema kita yang
sebenarnya).
Berkurangnya makna hakiki dari perasaan
kepemimpinan laki-laki atas jiwa sebagian wanita. Cobalah renungkan, seorang
wanita yang membawa ijazah sama seperti ijazah suaminya bahkan terkadang
ijazahnya lebih tinggi dari ijazah suaminya (padahal ini tidak tercela), lalu
dia bekerja dengan gaji yang terkadang lebih tinggi dari gaji suaminya. Apakah
wanita seperti ini akan merasa perlu sepenuhnya kepada sang suami dan akan
mentaatinya dengan sempurna? Ataukah perasaan tidak butuh menyebabkan kemelut
goncangnya bangunan rumah tangga secara mendasar?. Kecuali wanita yang
dikehendaki baik oleh Allah Subhanahu wa Taala. Demikianlah, persoalan nafkah
atas isteri yang bekerja serta nafkah kepada keluarga tidak akan berakhir.
Menambah beban fisik, tekanan jiwa dan
saraf yang tidak sesuai dengan kodrat wanita.
Setelah pemaparan sekilas masalah maslahat
dan kerugian wanita bekerja, kita mengatakan: Hendaknya kita bertakwa kepada
Allah, menimbang setiap permasalahan dengan timbangan syari, dan memahami
kondisi yang membolehkan wanita keluar untuk bekerja dan kondisi mana yang
melarangnya. Janganlah
kita buta karena masalah pekerjaan duniawi dari jalan kebenaran. Kita
nasehatkan kepada wanita muslimah agar bertakwa kepada Allah, mentaati suami
jika ia menghendakinya agar meninggalkan pekerjaannya demi kemaslahatan dirinya
dan kemaslahatan rumah tangga. Begitu pula bagi suami, agar tidak menyusun strategi
balas dendam dan agar tidak makan harta isterinya dengan tanpa dibenarkan.
Nasehat (20):
Menjaga Rahasia Rumah Tangga.
Menjaga Rahasia Rumah Tangga.
Masalah ini menyangkut beberapa hal,
diantaranya:
- Tidak menyebarkan rahasia hubungan intim suami isteri.
- Tidak membawa keluar percekcokan suami isteri.
- Tidak membuka kepada umum rahasia dan kekhususan apapun, hal yang apabila tampak akan membahayakan rumah tangga atau salah satu anggota keluarga.
Adapun petaka pertama, dalil
pelarangannya, adalah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :
Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah
pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya, dan isteri yang
mencumbui suaminya, kemudian ia sebarluaskan rahasianya. Makna (yufdhi) yaitu
ia melakukan percampuran, percumbuan dan persetubuhan seperti dalam firman
Allah: Bagaimana kamu mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami isteri. (An-Nisa:21). Diantara dalil
pelarangan yang lain adalah hadits Asma binti Yazid, bahwasanya ia berada pada
majlis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sedang para lelaki dan perempuan
sama duduk.
Beliau bersabda: Barangkali ada laki-laki
yang mengatakan tentang apa yang ia lakukan bersama isterinya, dan barangkali
ada perempuan yang mengabarkan tentang apa yang ia lakukan bersama suaminya.
Maka orang-orang pun terdiam, lalu aku katakan: Ya (benar), demi Allah, wahai
Rasulullah. Sungguh
para wanita melakukan itu dan para lelaki juga demikian. Rasulullah
berkata : Jangan kalian lakukan, sebab hal itu sesungguhnya seperti setan
laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan lalu ia menyetubuhinya
sedang orang-orang pada melihatnya. Dalam riwayat Abu Daud disebutkan: Apakah
ada diantara kamu laki-laki yang apabila mendatangi istrinya lalu mengunci
pintunya dan menghamparkan kelambu penghalangnya dan ia bertabir dengan tabir
Allah? Mereka menjawab: Ya benar.
Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda (melanjutkan): Setelah itu ia duduk lalu
berkata: aku telah melakukan begini dan melakukan begitu . Mereka terdiam,lalu
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghadapi para wanita kemudian
bersabda: Apakah di antara kalian ada yang membicarakannya? Mereka terdiam.
Kemudian bangkitlah seorang gadis montok di atas salah satu lututnya dan
medongakkan diri kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sehingga beliau
melihatnya dan mendengar ucapannya. Lalu ia berkata: Wahai Rasulullah,
sesungguhnya para lelaki membicarakannya, demikian pula halnya dengan para
wanita. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apakah kalian
tahu apa perumpamaan hal tersebut?
Sesungguhnya
perumpamaan hal itu adalah seperti setan wanita yang bertemu dengan setan
laki-laki di jalan, maka ia lampiaskan hajatnya sedang manusia melihat
kepadanya Adapun perkara kedua yakni membawa keluar rumah percekcokan suami
isteri, pada banyak kasus justru menambah ruwetnya persoalan, pihak ketiga ikut
campur dalam perselisihan suami isteri sehingga pada sebagian besar kasus
menambah persoalan baru. Jalan keluarnya -jika orang lain ingin membantu,
terutama orang yang paling dekat dengan keduanya yaitu dengan melakukan surat
menyurat antara keduanya. Hendaknya tidak
mencampuri urusan tersebut kecuali karena alasan menjadi pihak yang mendamaikan
secara langsung.
Ketika itu kita lakukan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah Shallallahu alaihi wa sallam : Maka kirimlah seorang
hakam (juru pendamai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami isteri itu.(An-Nisa :35).
Perkara ketiga, yaitu mengundang bahaya
bagi rumah tangga atau salah satu dari anggotanya dengan menebarkan
rahasia-rahasianya. Ini tidak boleh, sebab ia termasuk dalam sabda Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam : Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak
boleh (pula) membahayakan orang lain. Di antara contohnya yaitu seperti yang
termaktub dalam firman Allah: Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth
perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua
orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua isteri
berkhianat kepada kedua suaminya. (At-Tahrim: 10). Ibnu Katsir dalam menukil tafsir
ayat ini mengatakan: Isteri Nuh tersebut selalu mengintip rahasia Nuh, apabila
ada orang yang beriman kepada Nuh maka ia mengabarkan kepada para pembesar kaum
Nuh tentang keimanan itu. Adapun isteri Luth maka jika Luth menerima tamu
laki-laki, dikabarkannya hal itu kepada orang-orang yang biasa melakukan
kejahatan (homosex), yakni agar mereka datang lalu melakukan perbuatan homosex
dengan tamu tersebut.
Beberapa Akhlak
Di Rumah
Nasehat (21): Mentradisikan Pergaulan yang Baik (keramahan) di Rumah.
Nasehat (21): Mentradisikan Pergaulan yang Baik (keramahan) di Rumah.
Dari Aisyah radhiyallah anhu ia berkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jika Allah Azza Wa Jalla
menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia menganugerahkan atas mereka
pergaulan yang baik. Dalam riwayat lain disebutkan: Sesungguhnya Allah jika
mencintai suatu keluarga maka Ia anugerahkan atas mereka pergaulan yang baik.
Artinya masing-masing mempergauli yang lain dengan baik. Inilah salah satu
sebab kebahagiaan di rumah. Pergaulan yang baik dan keramah-tamahan adalah
sangat bermanfaat antara kedua suami isteri, juga dengan anak-anak, yang
daripadanya akan melahirkan hasil yang tak mungkin dihasilkan oleh kekerasan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Sesungguhnya Allah
mencintai pergaulan yang baik (keramahan), dan Ia memberikan kepada pergaulan
yang baik (keramahan) apa yang tidak diberikanNya kepada kekerasan dan apa yang
tidak diberikan kepada selainnya.
Nasehat (22):
Membantu Keluarga dalam Pekerjaan Rumah.
Membantu Keluarga dalam Pekerjaan Rumah.
Banyak lelaki yang enggan melakukan
pekerjaan rumah, sebagian mereka berkeyakinan bahwa di antara yang menyebabkan
berkurangnya kedudukan dan wibawa laki-laki yaitu ikut bersama anggota keluarga
yang lain melakukan pekerjaan mereka. Adapun Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam beliau menjahit sendiri bajunya, menambal sandalnya dan melakukan
pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki di dalam rumah mereka.
Demikian dikatakan oleh isteri beliau
Aisyah radhiyallah anha ketika ia ditanya apa yang dikerjakan oleh Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam dalam rumahnya. Aisyah radhiyallah anhu menjawab
dengan apa yang dilihatnya sendiri.
Dalam riwayat lain disebutkan: Å“Ia adalah
manusia di antara sekalian manusia, membersihkan bajunya, memerah susu
kambingnya dan melayani dirinya. Aisyah radhiyallah anhu juga ditanya apa yang
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam rumahnya. Ia
berkata: Å“Ia ada (bersama) pekerjaan keluarganya -maksudnya membantu
keluarganya- dan apabila datang (waktu) shalat ia keluar untuk shalat.
Jika hal itu kita praktekkan sekarang,
berarti kita telah mewujudkan beberapa kemaslahatan:
- Meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .
- Kita ikut membantu keluarga.
- Kita merasa rendah hati dan tidak takabbur (sombong).
Sebagian suami
meminta kepada isterinya agar menghidangkan makanan dengan segera, sementara
periuk masih di atas tungku api, anak kecilnya berteriak ingin disusui, ia
tidak menyentuh anak tersebut, juga tidak mau sabar sedikit menunggu makanan. Hendaknya beberapa hadits di atas menjadi
pelajaran dan peringatan.
Nasehat (23):
Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga.
Bersikap lembut kepada isteri dan
anak-anak merupakan salah satu faktor yang bisa menebarkan iklim kebahagiaan
dan eratnya hubungan baik di tengah keluarga. Karena itu Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam menasehati Jabir agar menikahi wanita yang masih perawan.
Beliau mengatakan: Kenapa (tidak engkau pilih) perawan (sehingga) engkau bisa
mencandainya dan dia mencandaimu, dan engkau (bisa) membuatnya tertawa dan dia
membuatmu tertawa. Segala sesuatu yang di dalamnya tidak ada dzikrullah adalah
sia-sia belaka, kecuali empat perkara: percandaan laki-laki terhadap isterinya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
mencandai Aisyah radhiyallah anha ketika beliau mandi bersamanya. Aisyah
berkisah: Aku dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah mandi bersama
dari satu gayung untuk berdua (secara bergantian), lalu beliau mendahuluiku
sehingga aku katakan biarkan untukku, biarkan untukku, ia berkata : sedang
keduanya berada dalam keadaan junub.
Adapun canda Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam kepada anak-anak kecil maka sangat banyak untuk disebutkan. Beliau sering
menyayangi dan mencandai Hasan dan Husein sebagaimana telah kita singgung di
muka. Barangkali ini pula yang menyebabkan anak-anak kecil amat gembira dengan
kedatangan beliau dari bepergian. Mereka segera menghambur untuk menjemput
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadits
shahih: Apabila datang dari perjalanan, beliau dihamburi oleh anak-anak kecil
dari keluarganya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendekap mereka,
seperti diceritakan oleh Abdullah bin Jafar: Apabila Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam datang dari bepergian, beliau menghambur kepada kami, menghambur kepada
saya, kepada Hasan dan Husain, ia berkata: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
membawa salah seorang dari kami di antara kedua tangannya, dan yang lain di
belakangnya sehingga kami masuk kota Madinah.
Bandingkanlah antara
hal ini dengan keadaan sebagian rumah yang gersang, tak ada canda, tak ada
tawa, kelembutan, juga tidak kasih sayang. Barangsiapa yang mengira bahwa
mencium anak-anak akan mengurangi wibawa ayah maka hendaknya ia membaca hadits
berikut ini: Dari Abu Hurairah radhiyallah anhu ia berkata: Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam mencium Hasan bin Ali sedang di sisi beliau
terdapat Al-Aqra bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqra berkata: Saya
memiliki sepuluh anak, saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka. Maka
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melihat kepadanya kemudian bersabda:
Barangsiapa tidak mengasihi, niscaya dia tidak dikasihi.
Nasehat (24):
Menyingkirkan Akhlak Buruk di Rumah.
Menyingkirkan Akhlak Buruk di Rumah.
Salah seorang dari anggota keluarga tidak
mungkin bisa lepas dari akhlak buruk dan menyimpang, seperti: dusta,
menggunjing, mengadu domba atau yang semacamnya. Akhlak buruk ini harus dilawan
dan disingkirkan. Sebagian orang menyangka bahwa hukuman jasmani adalah
satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
Di bawah ini Aisyah radhiyallah anha
meriwayatkan hadits -dalam persoalan tersebut- yang penuh muatan pendidikan:
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam apabila mengetahui seseorang anggota
keluarganya melakukan sekali dusta, beliau terus memalingkan diri daripadanya
sehingga ia mengatakan bertaubat. Dari hadits di atas, jelaslah bahwa
memalingkan diri dan hijr (memisah, mendiamkan, meninggalkan) dia dengan tidak
mengajaknya bercakap-cakap serta memberikan hukuman yang setimpal - dalam hal
ini - adalah lebih berpengaruh daripada hukuman jasmani. Karena itu hendaknya
para pendidik di rumah merenungkannya. Bersambung....................
Wallahu'alam
Wa-Baarakallaahu Fiikum jamii'an
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar