Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min
syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa
mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha
illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
KITAB RAHASIA-RAHASIA DAN KEPENTIGAN-KEPENTINGAN SHOLAT
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Segala pujian bagi Allah yang mengurniakan akan hambaNya dengan
segala nikmat yang halus-halus dan mengumiakan akan hati mereka dengan
segala nur Agama dan tugasnya, yang diturunkan dari 'Arasy kebesaran ke
langit dunia, dari derajat-derajat kerah-matan, salah satu dari
tanda-tanda kasih-sayangNya, yang berbeda dengan raja-raja, serta
ke-esa-an dengan kebesaran dan keagungan, dengan menggerabirakan
makhlukNya untuk bermohon dan ber-do;a. Maka berfirman Ia : "Adakah yang
berdo 'a, maka A ku terima do'anya itu.
Adakah yang meminta ampun, maka
aku ampunkan dosanyaBerbeda dengan sultan-sultan, dengan membuka pintu
dan membuang hijab, makadimudahkanNya bagi segala hambaNya untuk
bermunajah dengan shalat-shalat, betapapun bertukarnya keadaan di dalam
jama'ah orang ramai dan ditempat-tempat yang sunyi.
Tidak dengan
memberikan kelapangan saja, tetapi ia dengan lemah-lembut mengajak dan
memanggil, sedang selain Dia -dari raja-raja yang lemah itu- tidak
memperkenankan berbicara secara sembunyi melainkan setelah menyerahkan
hadiah dan suap Maka maha-sucilah Ia, maha-besarlah kedudukanNya,
maha-kuatlah kekuasaanNya, maha-sempumalah kasih-sayangNya dan
maha-leng-kaplah kebaikanNya.
Rahmat kepada Muhammad NabiNya dan waliNya yang pilihan dan kepada
keluarganya dan shahabatnya kunci petunjuk dan lampu kegelapan serta
selamat yang sempuma.
Adapun kemudian, maka sesungguhnya shalat itu tiang Agama dan tonggak
keyakinan,- pokok segala jalan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sinar
cemerlang untuk kebaktian kepadaNya.
Sesungguhnya, telah kami selidiki dalam ilmu fiqih secara meluas,
sedang dan ringkas dari madzhab akan segala pokok dan cabangnya, kami
kesampingkan kesungguhan dari ranting-rantingnya yang ja-rang terjadi
dan kejadian-kejadiannya yang hampir tak pernah kejadian, supaya adalah
semuanya ini menjadi simpanan bagi mufti (orang yang mengeluarkan
fatwa-fatwa). Daripadanya ia mengambil paham dan berpegang dan kepadanya
ia mengadu dan kembali.
Kami sekarang di dalam Kitab ini, meringkaskan kepada yang tak boleh
tidak saja, bagi seorang pelajar fiqih, mengenai segala amal perbuatan
dhahiriyah dan segala rahasianya yang bathiniyah. Kami menyingkapkan
segala artinya yang halus-halus tersembunyi, mengenai pengertian
khusyu', ikhlas dan niat, hal mana yang tiada berlaku kebiasaan
menyebutkannya di dalam ilmu fiqih, Kami su-sun Kitab ini kepada tujuh
bab :
Bab Pertama mengenai fadlilah (keutamaan) shalat.
Bab Kedua mengenai pengutamaan amalan dhahir dari shalat.
Bab Ketiga mengenai pengutamaan amalan bathin dari shalat.
Bab Keempat mengenai imam shalat dan cara mengikuti imam,
Bab Kelima mengenai shalat Jum'at dan adabnya.
Bab Keenam mengenai masalah yang bermacam-macam yang menjadi bahaya yang merata, yang memerlukan murid kepada mengetahuinya.
Bab Ketujuh mengenai amalan sunat dan lainnya.
Bab pertama :
Mengenai fadiilah shalat, sujud, berjama'ah, adzan dan lainnya. FADLILAH ADZAN :
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Tiga orang pada hari qiamat di atas bukit kecil dan kesturi hitam,
tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada menimpa ke atas
diri mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari segala sesuatu
diantara manusia . Orang yang tiga itu ialah : orang yang membaca
Al-Quran karena mengharap akan Wajah Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi
imam pada sesuatu kaum, di mana kaum itu senang kepadanya; orang yang
beradzan (melakukan bang) pada masjid dan berdo a kepada Allah 'Azza wa
Jalla karena mengharap akan WajahNya dan orang yang berpenghidupan
sempit di dunia maka yang demikian itu tiada mengganggukannya daripada
berbuat amalan akhirat". (326).
Bersabda Nabi saw,. : "Tiadalah yang mendengar seruan adzan dari
orang yang beradzan itu, baik yang mendengar itu jin atau manusia
ataupun sesuatu yang lain, melainkan naik saksi ia untuk orang yang
beradzan itu pada hari qiamat". (327).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Tangan Tuhan Yang Maha Pengasih itu di atas kepala muadzin (orang yang
beradzan)r sehingga selesailah ia daripada adzannya". (328)
Ada yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah 'Azza wa Jalla :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
(Wa man ahsanu qaulan mim man da'aa ilallaahi wa 'amila shaali-haa).
Artinya : "Siapa yang lebih baik perkataannya dari orang yang
memanggil kepada Tuhan dan mengerjakan perbuatan baik". (S. Ha Mim
As-Sajadah, ayat 33), bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang muadzin.
326.Dirawikan At-Tirmidzi daru Ibnu Umar dan dipandangnya hadits hasan (baik).
327.Dirawikan Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf.
328.Dirawikan Ath-Thabrani dan Al-Hasan bin Sa'id dari Anas, dengan isnad dla'if.
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
إذا سمعتم النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن
(Idzaa sami -tumun nidaa-a faquuluu mitsla maa yaquulul mu-adzdzin).
Artinya : "Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkan-lah apa yang diucapkan oleh muadzin itu ".
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai "Hayya
'alash-shalaah " dan "Hayya 'alal-falaak " maka diucapkan pada yang dua
mi ialah :
لا حول ولا قوة إلا بالله "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah ". Dan pada ucapan muadzin : "Qadqaamatish shalaah", maka pendengar mengucapkan :
أقامها الله وأدامها ما دامت السموات والأرض
Aqaamahallaahu wa adaamahaa maa daama-tis samaawaatu wal ardl".
(Ditegakkan Allah kiranya shalat itu dan dikekalkanNya selama kekal
langit dan bumi),
Dan pada tatswib, yaitu : ucapan muadzin pada shalat shubuh :
"Ashshalaatu khairum minan nauum". (Shalat itu lebih baik dari pada
tidur), maka pendengarnya mengucapkan : "Shadaqta wa bararta wa
nashahta" (Benar engkau, telah berbuat kebajikan engkau dan telah
memberi nasehat engkau).
Ketika selesai dari adzan, maka dibacakan do'a, yaitu :
اللهم رب هذه
الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة
وابعثه المقام المحمود الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد
Allaahumma rabba haadzihid da'-watit taammati wash- shalaatil
qaa-imati, aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata wad darajatar
rafn-'ata wab-'atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa 'adtahu, innaka laa
tukhliful mii-'aada.
Artinya : "Ya Allah, ya Rabb, yang memiliki do'a ini yang sempurna,
dan shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada Muhammad jalan
kelebihan dan derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji
yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji".
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Barangsiapa mengerjakan shalat pada
tanah Sahara yang luas, niscaya bershalat di kanannya seorang malaikat
dan dikirinya seorang malaikat. Maka jika ia beradzan dan berqamat
(iqamah), niscaya bershalat di belakangnya malaikat-ma-laikat berbaris
seperti bukit".
FADLILAH SHALAT FARDLU.
Berfirman Allah Ta'ala :
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Innash shalaata kaanat 'alal mu'miniina kitaaban mauquutaa.
Artinya : "Sesungguhnya shalat itu suatu kewajiban yang ditentukan
waktunya untuk orang-orang yang beriman". (S. An-Nisaa', ayat 103).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Lima shalat diwajibkan oleh Allah kepada segala hamba. Maka
barangsiapa mengerjakan semuanya dan tidak menyia-nyiakan suatupun
daripadanya, sebagai meringan-ringankan haknya, niscaya adalah untuknya
pada Allah suatu janji bahwa ia akan masuk sorga. Dan barangsiapa tidak
mengerjakan semuanya, maka tiadalah baginya pada Allah suatu janji. Jika
dikehendaki oleh Allah niscaya di'azabkannya dan jika dikehendakiNya
niscaya dimasukkannya ke dalam sorga". (1)
Bersabda Nabi saw. : "Perumpamaan shalat yang lima itu adalah
seumpama sebuah sungai yang tawar airnya yang meluap-luap, di pintu
seseorang daripada kamu. la mandi padanya tiap-tiap hari lima kali.
Apakah pendapatmu tentang orang itu, apakah masih ada dakinya?".
Menjawab para shahabat : "Tak ada sedikitpun!".
Maka menyambung Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat yang lima itu, menghilangkan dosa seperti air menghilangkan daki". (2)
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapus-kan dosa yang terjadi diantaranya, selama bukan dosa besar". (3)
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Diantara kita dan orang-orang munafiq itu terdapat saksi-saksi gelap
dan terang, yang tiada sanggup mereka mempengaruhi kedua saksi itu ".
(4)
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Barangsiapa menjumpai Allah, sedang dia menyia-nyiakan shalat, maka
tidak diperdulikan oleh Allah sesuatu daripada kebajikan-kebajikannya ".
(5)
(1) Dirawikan Malik, Ahmad dan lain-lain dari Ubbadah bin Ash-Shamit,
(2) Dirawikan Muslim dari Jabir.
(3) Dirawikan Muslim daru Abi Hurairah.
(4) Dirawikan Malik dari Sa'id bin Al-Musayyab, hadits mursal.
(5) Dirawikan Ath-Thabrani dart Anas.
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : Shalat itu tiang Agama. Barangsiapa meninggalkan shalat maka ia telah meruntuhkan Agama'(1)
Ditanyakan Rasulullah saw. : "Amalan apakah yang lebih utama (afdlal)?".
Menjawab Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Shalat pada awal waktunya".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم
: "Barangsiapa memelihara shalat yang lima itu dengan menyempurnakan
bersuci dan waktunya, niscaya jadilah shalat itu nur baginya dan
pembuktian pada hari qiamat. Dan barangsiapa menyia-nyiakannya, niscaya
dibangkitkan ia beserta Fir'aun dan Haman".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Kunci sorga itu shalat".
Dan bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Tiada diwajibkan oleh Allah kepada makhlukNya sesudah tauhid yang
lebih menyukakan kepadaNya selain daripada shalat. Jikalau adalah
sesuatu yang lain, yang lebih menyukakan kepadaNya dari shalat, niscaya
telah beribadah dengan dia para malaikatNya. Para malaikat itu,
sebahagiannya ruku' sebahagian sujud, sebahagian berdiri dan duduk".
Bersabda Nabi saw. : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja,
maka kufurlah dia", artinya : hampir tercabut daripada Iman dengan
terbuka talinya dan jatuh tiangnya. Sebagaimana dikatakan bagi orang
yang telah mendekati suatu kampung, bahwa ia telah sampai ke kampung itu
dan telah memasukinya.
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka terlepaslah ia dari tanggungan Muhammad saw". (2)
Berkata Abu Hurairah ra. : "Barangsiapa berwudlu, maka membaguskan
wudlunya, kemudian ia keluar dengan sengaja untuk shalat, maka
sesungguhnya dia di dalam shalat yang sengaja ia kepada shalat itu. Dan
dituliskan baginya dengan salah satu dari dua langkah-nya kebajikan dan
dihapuskan daripadanya dengan langkah yang satu lagi, kejahatan. Apabila
mendengar seorang kamu akan qamat, maka tidak wajar lah baginya
mengemudiankan. Karena yang terbesar pahala bagi kamu ialah yang terjauh
rumah daripada kamu".
Bertanya mereka : "Mengapa begitu wahai Abu Hurairah?".
Menjawab Abu Hurairah : "Dari karena banyaknya langkah.
(1) Dirawikan Al-Baihaqi dari Umar. dengan sanad dla'if.
(2) Dirawikan Ahmad dan Al-Baihaqi dari Ummu Aiman.
Diriwayatkan : "Bahwa yang mula pertama diperhatikan dari amalan
hamba pada hari qiamat ialah shalat. Kalau terdapat shalat itu sempuma,
niscaya diterima shalat itu daripadanya dan amalannya yang lain. Dan
kalau terdapat kurang, niscaya ditolak shalat itu daripadanya dan
amalannya yang Iain".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Hai Abu Hurairah! Suruhlah keluargamu dengan shalat! Sesungguhnya
Allah mendatangkan rezeqi bagimu dari tempat yang tidak kamu sangka ".
Berkata setengah ulama "Orang yang mengerjakan shalat itu adalah
seumpama saudagar yang tidak memperoleh keuntungan sebelum kembali
pokoknya. Demikian juga orang yang mengerjakan shalat,tidak diterima
yang sunat sebelum ditunaikannya yang fardiu'!
Abu Bakar ra. berkata : "Apabila telah datang waktu shalat, maka
pergilah ke apimu yang telah kamu nyalakan, lalu padamkanlah api itu!".
FADLILAH MENYEMPURNAKAN RUKUN.
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Shalat fardiu itu adalah seumpama neraca. Siapa yang mencukupkan, niscaya memperoleh cukup". (1)
Berkata Yazid Ar-Riqasyi: "Adalah shalat Rasulullah saw. itu sama seolah-olah sudah ditimbang",
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Sesungguhnya dua orang dari ummatku, keduanya berdiri kepada shalat,
di mana ruku' dan sujud keduanya itu satu. Dan diantara shalat keduanya
itu adalah diantara langit dan bumi", diisyaratkan Nabi saw. dengan
sabdanya itu untuk "khusyu'".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Allah tiada memandang pada hari qiamat kepada hamba yang tiada menegakkan tulang sulbinya diantara ruku' dan sujudnya ". (2)
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Tidakkah takut orang yang memutarkan mukanya di dalam shalat, akan diputarkan oleh Allah mukanya menjadi muka keledai?". (3)
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
"Barangsiapa mengerjakan shalat pada waktunya dan melengkapkan
wudlunya, menyempurnakan ruku 'nya, sujudnya dan khusu nya, niscaya
shalat itu naik dengan warna yang putih bersih, seraya mengatakan :
"Kiranya Allah menjaga engkau sebagaimana engkau telah menjaga aku!".
Barangsiapa mengerjakan shalat pada bukan waktunya dan tidak
melengkapkan wudlunya, tidak menyempurnakan ruku'nya, sujudnya dan khusu
'nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang hitam gelap, seraya
mengatakan: "Disia-siakan oleh Allah kiranya engkau, sebagaimana engkau
telah menyia-nyiakan aku". Sehingga -kalau dikehendaki oleh
Allah-apabila shalat itu, dilipatkan sebagaimana dilipatkan kain buruk,
maka dipukulkanlah dengan shalat itu mukanya".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Sejahat-jahat manusia mencuri ialah orang yang mencuri dari shalatnya".
(1.Dirawikan Ahmad dan AlHakim.,Sahih Isnadnya)
Berkata Ibnu Mas'ud dan Salman ra. : "Shalat itu alat penyukat. Maka
barangsiapa menyempurnakan, niscaya ia menerima sempurna dan barangsiapa
menipu di dalam sukatan, maka tahulah ia apa yang difirmankan Allah,
mengenai orang-orang yang menipu pada Takaran".
FADLILAH/KEUTAMAAN SHALAT JAMA'AH.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
(Shalaatul jamaa-'ati tafdlulu shalaatal fadzdzi bisab-'in wa 'isyriina darajatan).
Artinya : "Shalat jama'ah itu melebihi dari shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat". (2)
Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi saw. tidak melihat orang pada
sebahagian shalat, lalu bersabda : "Sesungguhnya aku bercita-cita
menyuruh seseorang menjadi imam yang mengimami shalat orang banyak.
Kemudian aku sendiri mencari orang-orang yang meninggalkan shalat ber
jama'ah itu lalu aku bakar rumah-rumah-nya". (3)
Pada riwayat yang lain : "Kemudian aku mencari orang-orang yang
meninggalkan shalat jama'ah itu, maka aku suruh mereka. Lalu kalau
meninggalkan juga, maka rumah mereka dibakar dengan unggunan kayu api.
Jikalau tahulah seseorang dari mereka bahwa akan memperoleh tulang yang
berminyak atau dua kuku hewan, niscaya dihadlirinya", yakni : "shalat
'Isya'"
2.Dirawikan Bukhari Dan Muslim Dari Ibnu Umar.
3.Dirawikan Bukhari dan muslim Dari Abu Hurairah.
Berkata Usman ra., di mana perkataannya itu adalah suatu hadits
marfu' : "Barangsiapa menghadliri shalat jama'ah 'Isya', maka
seakan-akan ia bangun setengah malam dengan ibadah. Dan barangsiapa
menghadliri shalat jama'ah Shubuh, maka seakan-akan ia bangun
semalam-malaman dengan ibadah".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa mengerjakan suatu shalat dengan berjama'ah, maka ia telah memenuhkan dadanya dengan ibadah
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab :
"Tiadalah seorang muadzin mela-kukan
adzan semenjak dua puluh tahun yang lampau, melainkan saya ada di dalam
masjid.".
Berkata Muhammad bin Wasi' :
"Tiada aku rindukan dari dunia, selain
dari tiga : teman, jikalau aku bengkok, maka diluruskannya; makanan dari
rezeki yang aku peroleh dengan mudah tanpa menu-ruti kata orang dan
shalat ber jama 'ah yang tak aku melupakannya dan dituliskan bagiku
keutamaannya".
Diriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah pada suatu kali menjadi
imam shalat dari suatu kaum.Tatkala mau pergi, maka ia berkata :
"Terus-nienerus setan tadi padaku, sampai setan itu me-nampakkan
kepadaku bahwa aku mempunyai kelebihan dari orang lain. Dari itu, aku
tidak mau menjadi imam shalat selama-lamanya".
Berkata Al-Hasan :
"Janganlah engkau bershalat di belakang orang yang tiada bergaul dengan ulama".
Berkata An-Nakha'i ;
"Orang yang menjadi imam shalat dari orang
banyak tanpa ilmu, adalah seumpama orang yang menyukat air di dalam
laut, tidak mengetahui tambahannya daripada kekurangannya".
Berkata Hatim Al-Asham :
"Tertinggal aku suatu shalat dari
berjama'ah, maka diratapi aku oleh Abu Ishak Al-Bukhari sendirian. Dan
jikalau meninggallah anakku, maka diratapi aku oleh lebih dari sepuluh
ribu orang, karena bahaya yang menimpakan Agama dipandang manusia lebih
mudah daripada bahaya yang menimpakan dunia".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Siapa yang mendengar suatu penyeru (suara
muadzin) dan tidak menjawabnya, maka adalah dia tidak menghendaki
kebajikan dan kebajikanpun tiada berkehendak kepadanya".
Berkata Abu Hurairah ra. :
"Adalah lebih baik bagi anak Adam,
telinganya penuh dengan timah hancur, daripada mendengar adzan yang
tidak dijawabnya".
Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mahran datang *ke masjid, lalu orang
mengatakan kepadanya bahwa orang ramai sudah pulang (karena shalat
jama'ah sudah selesai), maka Maimun menjawab: "Innaa lillaahi wa innaa
illaihi raaji'uun! Sesungguhnya keutamaan shalat ini (shalat jama'ah),
adalah lebih baik bagiku daripada menjadi wali negeri Irak".
Bersabda Nabi saw. :
من صلى أربعين يوما الصلوات في جماعة لا تفوته فيها تكبيرة الإحرام كتب الله له براءتين براءة من النفاق وبراءة من النار
Man shallaa arba'iina yaumanish-shalawaati fii jamaa'atin laa
ta-fuutuhu fiihaa takbiiratul-ihraami kataballaahu baraa-ataini
baraa-atan min an nifaaqi wa baraa-atan minan naar.
Artinya : "Barangsiapa mengerjakan shalat empat puluh hari dalam
jama'ah, yang tidak tertinggal padanya suatu takbiratul-ihram, maka di
tulis kan oleh Allah baginya dua kelepasan : kelepasan dari nifaq dan
kelepasan daripada neraka ". (1)
Ada yang mengatakan bahwa pada hari qiamat dibangkitkan dari kubur
suatu kaum, wajahnya berseri-seri seperti bintang yang berkilau-kilauan.
Maka bertanya malaikat kepada mereka : "Apakah amal perbuatan kamu
dahulu?".
Menjawab mereka : "Adalah kami apabila mendengar adzan, lalu bangun bersuci dan tidak diganggu kami oleh yang lain".
Kemudian dibangkitkan dari kubur suatu golongan, wajahnya seperti
bulan, maka menjawab golongan ini sesudah ditanya : "Adalah kami
berwudlu sebelum masuk waktu".
Kemudian dibangkitkan suatu golongan, wajahnya seperti matahari, maka
golongan ini menjawab : "Adalah kami mendengar adzan di masjid".
(1) Dirawikan At-Turmudzi diri Anas, dengan isnad orang-orang perawinya kepercayaan.
Diriwayatkan bahwa ulama-ulama terdahulu (salaf) adalah mera-tapi
dirinya tiga hari, apabila tertinggal takbir pertama pada shalat
jama'ah, Dan meratapi dirinya tujuh hari, apabila tertinggal shalat
jama'ah.
FADLILAH/KEUTAMAAN SUJUD.
Bersabda Rasulullah saw. :
"Tiadalah seorang hamba mendekatkan
dirinya kepada Allah dengan sesuatu, yang lebih utama daripada sujud
yang tersembunyi (tidak di muka umum) "(1)
Bersabda Rasulullah saw. :
"Tiadalah seorang muslim bersujud kepada
Allah dengan satu sujud, melainkan ia diangkatkan oleh Allah satu
tingkat dan dihapuskan daripadanya satu kejahatan dengan sebab sujud
itu". (2)
Diriwayatkan :
"Bahwa seorang laki-laki meminta kepada Rasulullah
saw. : "Berdo'alah pada Allah kiranya dijadikanNya aku diantara orang
yang memperoleh syafa'atmu dan diberikanNya aku rezeki mengawani engkau
dalam sorga".
Maka menjawab Nabi saw. :
"Tolonglah aku dengan berbanyak Sujud". (3)
Ada yang mengatakan :
"Yang paling dekat seorang hamba kepada Allah,
ialah bahwa ada ia seorang yang sujud", itulah maksud firman Allah
Ta'ala : "Wasjud waqtarib". (Dan sujudlnh dan. dekat-kanlah din kepada
Allah). (S. Al-Alaq, ayat 19).
Dan berfirman Allah Ta'ala :
"Di muka mereka ada tanda-tanda bekas
sujud". (S. Al-Fath, ayat 29).
Ada yang mengatakan, yaitu apa yang
tersentuh dengan mukanya dari bumi ketika sujud. Ada yang mengatakan,
yaitu nur khusyu*, yang menembus cemerlang dari bathinnya kepada dhahir.
Inilah yang lebih benar.
Dan ada yang mengatakan, yaitu cahaya gemilang
yang ada pada mukanya di hari qiamat dari bekas wudlu.
Bersabda Nabi saw. :
"Apabila anak Adam membaca ayat sajadah (ayat
yang disunatkan sujud sesudah membacanya), lalu ia sujud, maka pergilah
setan sambil menangis dan berkata : "Alangkah celakanya aku! Orang ini
disuruh sujud, lalu ia sujud maka baginya sorga. Aku disuruh sujud, lalu
aku durhaka, maka bagiku neraka".
(1) Dirawikan ibnul-Mubarak dari Shamrah bin Habib, hadits mursal.
(2)Dirawikan Muslim dari Tsauban dan Abid-Darda'.
(3)Dirawikan Muslim dari Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslami.
Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin Abbas, bahwa ia bersujud
tiap-tiap hari seribu sujud. Dan orang banyak menggelarkan Ali ini
dengan gelar "As-Sajjad",
artinya : orang banyak sujud.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul-'Aziz ra. tiada melakukan sujud
selain atas tanah.
Dan Yusuf bin Asbath berkata :
"Hai para pemuda!
Bersegeralah mempergunakan ketika sehat sebelum sakit! Maka tiadalah
tinggal seseorang yang aku gemari, selain orang yang menyempurnakan
ruku'nya dan sujudnya dan telah terdindinglah diantara aku dan ruku'
sujud itu (karena telah lanjut umurnya)"
Berkata Sa'id bin Jubair : "Tiada aku meminta tolong pada sesuatu di dunia ini, selain kepada sujud".
Berkata Uqbab bin Muslim : "Tiada suatu perkarapun pada hamba yang
lebih disukai oleh Allah selain daripada orang yang menyukai berjumpa
dengan Dia. Dan tiadalah dari sa'at kehidupan hamba yang lebih dekat
kepadaNya, selain dari sa'at di mana ia tersungkur bersujud kepadaNya".
Berkata Abu Hurairah ra. : "Yang lebih mendekati seorang hamba kepada
Allah 'Azza wa Jalla, ialah apabila ia sujud, lalu membanyakkan do'a
ketika itu".
FADLILAH KHUSYU'
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
(Wa-aqi mish shalaata lidzikrii).
Artinya : "Kerjakanlah shalat untuk mengingati Aku!". (S. Tha Ha, ayat 14).
Berfirman Allah Ta'ala
وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ:
(Wa laa takun minal ghaafiliin).
Artinya : "janganlah engkau termasuk orang-orang yang alpa". (S. Al-A'raaf, ayat 205).
لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
(Wa laa taqrabush shalaata wa antum sukaaraa hattaa ta'lamuu maa taquuluun).
Artinya : "Janganlah kamu hampiri shalat ketika kamu sedang mabuk,
sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan".(S. An-Nisaa', ayat 43).
Ada yang mengatakan : mabuk dari banyak angan-angan. Dan ada yang
mengatakan : mabuk dari cinta kepada dunia.
Berkata Wahb :
"Yang
dimaksudkan dengan mabuk itu secara dhahirnya saja. Yaitu memperingati
kepada mabuk dunia, karena diterangkan oleh Allah sebabnya, dengan
firmanNya : "Sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan
Berapa banyak orang yang bershalat yang tidak minum khamar, padahal dia tiada mengetahui apa yang dibacanya dalam shalat.
Bersabda Nabi saw. :
"Barangsiapa mengerjakan shalat dua raka'at, di
mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam dua raka'at itu mengenai
sesuatu urusan duniawi, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu
daripada dosanya". (1)
Bersabda Nabi saw. :
"Sesungguhnya shalat itu menetapkan hati,
menundukkan diri, merendahkan hati, merapati bathin, menyesah diri. Dan
engkau meletakkan dua tangan engkau seraya membaca : "Ya Allah ya
TuhankuI Ya Allah, ya Tuhanku!". Barangsiapa tiada berbuat demikian,
maka shalat itu penuh kekurangan-kekurangan".(2)
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-kitab yang
dahulu ;
"Tidaklah tiap-tiap orang yang mengerjakan shalat itu, Aku
terima shalatnya. Hanya Aku terima shalat orang yang merendahkan diri
karena kebesaranKu, tiada menyombong dengan hamba-hambaKu dan memberi
makanan kepada orang miskin yang lapar karena Aku
Bersabda Nabi saw. :
"Sesungguhnya diwajibkan shalat, disuruh
mengerjakan hajji dan thawaf dan disuruh syi'arkan segala ibadah hajji
itu, adalah karena menegakkan dzikir (mengingati) A llah Ta'ala". (3)
Apabila tidak ada dalam hatimu untuk yang tersebut tadi, yang mana
itulah yang dimaksud dan yang dicari, karena kebesaran dan tidak
kehebatan, maka apakah harganya dzikirmu itu?".
(1)Dirawikan Ibnu Abi Syatbah dari Shillah bin Usyaim hadits mursal.
(2)Dirawikan At-Tirmidzi dan lain-lain dari Ai-Fadl bin Abbas, dengan isnad yang tidak diyakini.
(3)Dirawikan At-Tirmidzi dari A'isyah, hadits hasan (baik) dan shahih.
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم kepada
orang yang diberinya wasiat:
"Apabila engkau mengerjakan shalat, maka
bershalatlah sebagai shalat orang yang mengucapkan selamat tinggal".
Artinya : mengucapkan selamat tinggal kepada dirinya, kepada
hawa-nafsunya dan kepada umurnya, berjalan kepada Tuhannya, sebagaimana
berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ
(Yaa-ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa rabbika kad-han famu-laaqiih).
Artinya : "Hai manusia! Sesungguhnya engkau mesti bekerja keras
dengan sesungguhnya (menuju) kepada Tuhan, kemudian itu kamu akan
menemuiNya". (S. Al-Insyiqaq, ayat 6).
Berfirman Allah Ta'ala :
"Bertaqwalah kepada Allah! Allah mengajar kamu (S.Al-Baqarah282).
Berfirman Allah Ta'ala :
"Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui Dia".
(S. Al-Baqarah, ayat 223).
من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم يزدد من الله إلا بعدا حديث من لم تنهه
Man lam tanhahu shalaatuhu "anil faljsyaa-i wal munkari lam yaz-dad minallaahi illaa bu'-daa.
Artinya : "Barangsiapa tidak dicegah oleh shalatnya daripada
perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah
melainkan bertambah jauh". (1)
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم :
Shalat itu adalah munajah dengan Allah. Maka bagaimanakah ada munajah itu serta kelalaian?
Berkata
Bakr bin Abdullah :
"Hai anak Adam! Apabila engkau bermaksud masuk
kepada Tuhanmu tanpa izin dan berbicara dengan Dia tanpa juru bahasa,
maka masuklah!".
Lalu orang bertanya :
"Bagaimanakah yang demikian itu?".
Maka menjawab Bakr bin Abdullah :
"Engkau lengkapkan wudlumu dan
engkau masuk ke mihrabmu. Apabila engkau telah masuk kepada Tuhanmu
dengan tanpa izin itu, maka berbicaralah dengan Dia tanpa ada juru
bahasa!".
(1) Dirawikan Ali bin Ma'bad dari Al-Hasan, hadits mursal, dengan isnad shahih.
Dari 'Aisyah ra. yang mengatakan :
"Adalah Rasulullah saw.
berca-kap-cakap dengan kami dan kamipun bercakap-eakap dengan beliau.
Maka apabila datang waktu shalat, lalu seolah-olah beliau tidak mengenai
kami dan kamipun tidak mengenai beliau", karena seluruh jiwa raga
tertuju kepada kebesaran Allah. (1)
Bersabda Nabi saw. :
"Allah tidak memandang kepada shalat, di mana
orang itu di dalam shalatnya tidak menghadhrkan hatinya serta badannya'
Adalah Nabi Ibrahim as. apabila berdiri kepada shalat, lalu terdengar
detak jantungnya pada jarak dua mil, Dan adalah Sa'id At-Tunukhi
apabila mengerjakan shalat, maka tiada putus-putusnya air mata dari dua
pipinya ke atas janggutnya.
Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki bermain-main dengan
janggutnya dalam shalat, maka beliau bersabda :
"Jikalau khusyu lah hati
orang ini, niscaya khusyu'lah anggota-anggota badannya ". (2)
Diriwayatkan bahwa Al-Hasan memandang kepada seorang laki-laki yang
bermain-main dengan batu dan berdo'a : "Ya Allah, ya Tuhanku!
Kawinkanlah aku dengan bidadari!".
Maka berkata Al-Hasan :
"Buruk benarlah pelamar yang semacam ini!
Engkau melamarkan bidadari, sedang engkau bermain-main dengan batu".
Ditanyakan kepada Khalf bin Ayyub :
"Tidakkah diganggu engkau oleh
lalat dalam shalat engkau, sehingga perlu engkau usir lalat itu?"
Menjawab Khalf bin Ayyub :
"Tidak aku biasakan bagi diriku sesuatu yang merusakkan shalatku".
Maka ditanyakan lagi :
"Bagaimanakah engkau bisa tahan yang demikian itu?".
Menjawab Khalf bin Ayyub :
"Orang menceriterakan kepadaku bahwa
penjahat-penjahat tahan dari pukulan cemeti-cemeti sultan, supaya
dikatakan : "Bahwa si Anu itu tahan menderita". Lalu mereka itu merasa
bangga dengan demikian. Adapun aku berdiri dihadapan Tuhanku, maka
patutkah aku bergerak karena seekor lalat?".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar, bahwa apabila ia bermaksud
mengerjakan shalat, maka ia berkata kepada keluarganya :
"Ber-cakap-cakaplah kamu sesama kamu, sedang aku tidak mendengar
percakapanmu itu!".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar tadi, bahwa pada suatu hari ia
mengerjakan shalat di masjid jami' Basrah. Maka robohlah suatu sudut
dari masjid itu. Lalu berkumpullah manusia ke sana. Sedang Muslim tadi
tiada mengetahuinya sama sekali, sehingga selesailah ia daripada
shalatnya itu.
1.Diriwayatkan Dari Al Azdi dari Suwaid Bin Ghaflah Hadis Mursal
2.Dirawikan Dari AtTirmidzi dari Abu Hurairah. Dengan sanad dlai'if
Adalah Ali bin Abi Thalib ra. apabila datang waktu shalat, maka
gementarlah badannya dan berobahlah warna mukanya.
Lalu ia ditanyakan
orang :
"Apakah yang menimpakan kepada engkau wahai Amirul mu'minin?".
Ali menjawab :
"Telah datang -waktu amanah- yang didatangkan oleh
Allah kepada langit, bumi dan bukit, maka semuanya ini enggan
menerimanya dan merasa berat daripadanya. Dan aku menerimanya".
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Husain, bahwa apabila ia mengambil wudlu
maka pucatlah warna mukanya.
Lalu bertanyalah keluarga-nya : Apakah
yang menimpakan kamu ketika berwudlu?".
Maka menjawab Ali bin Al-Husain :
"Tahukah kamu dihadapan Siapa aku mau berdiri?".
Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra. bahwa ia berkata : "Berdo'a-lah
Nabi Dawud as. dalam munajahnya : "Wahai Tuhanku! Siapakah yang mendiami
rumah Engkau dan dari siapakah yang Engkau terima shalatnya?".
Maka diturunkan Allah wahyu kepada Dawud as. :
"WahaiDawud.' Sesungguhnya yang mendiami rumah Ku dan yang Aku terima
shalat daripadanya, ialah orang yang merendahkan diri karena
keagunganKu, menghabiskan siangnya dengan mengingati Aku, mencegah
dirinya dari hawa nafsu karena Aku, diberinya makanan kepada orang yang
lapar, diberinya tempat kepada orang yang merantau dan dikasihaninya
orang yang mendapat mushibah. Itulah orang yang ber cahaya nurnya pada
segala langit Iaksana matahari. Kalau ia berclo'a kepadaKu niscaya Aku
terima dan kalau ia meminta kepadaKu niscaya Aku berikan. Aku jadikan
baginya di dalam kebodohannya, akan kasih sayang, di dalam kelalaiannya
akan peringatan dan di dalam kegelapannya akan nur yang terang
ben-derang. Dia dalam kalangan manusia, adalah Iaksana sorga firdaus
pada lapisan sorga yang paling tinggi, tiada kering sungainya dan tiada
berobah buah-buahannya'
Diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm ra. bahwa ditanyakan orang mengenai
shalatnya, maka ia menjawab :
"Apabila datang waktu shalat, maka aku
lengkapkan wudlu dan aku datangi tempat, di mana di situ aku bermaksud
mengerjakan shalat. Maka aku duduk pada tempat itu, sehingga
berkumpullah segala anggota badan ku. Kemudian aku berdiri kepada
shalatku, aku jadikan Ka'bah dianta -ra dua keningku, titian
Ash-Shiraathal Mustaqim di bawah tapak-ku, sorga di kananku, neraka di
kiriku, malikul-maut di belakangku, aku menyangka shalat ini penghabisan
shalatku, kemudian aku berdiri diantara harap dan cemas. Aku bertakbir
dengan penuh keyakinan, aku membaca bacaan dengan bacaan yang baik, aku
ruku' dengan merendahkan diri, aku sujud dengan khusu' hati, aku duduk
atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang tapak kiri, aku tegakkan
tapak-kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian
aku tiada mengetahui, apakah shalatku itu diterima atau tidak".
Berkata Ibnu Abbas ra. :
"Dua raka'at shalat dengan sempurna
tafakkur, adalah lebih baik daripada mengerjakan shalat semalam suntuk,
sedang hati itu lupa",
Dari ‘Ihya Ulumiddin Imam Al-Ghazali Halaman 481-501
Wallahu'alam
Barakallahu Fikum
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun