Cari Blog Ini

Jumat, 20 Juni 2014

Ihya' Ulum al-Din (Bab ke 6 Mengenai Bahaya 'ilmu dan Penjelasan Tanda-Tanda Ulama Akhirat dan Ulama Ussu' (ulama Buruk)


Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.

Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
 



“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”

Ihya' Ulum al-Din

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بسم الله الرحمٰن الرحيم

الباب السادس
في آفات العلم وبيان علامات علما الآخرة والعلماء السوء




Halaman 182
BAB KE ENAM         
MENGENAI BAHAYA-BAHAYA ILMU DAN           
PENJELASAN TANDA-TANDA ULAMA AKHIRAT DAN ULAMA-USSU’ (ULAMA BURUK)

                                 
Telah kami sebutkan apa yang datang dari Al-Quran dan  hadits tentang kelebihan ilmu dan ulama (ahli ilmu). Dan mengenai ulama su' telah datang penegasan-penegasan yang tegas, yang menunjukkan bahwa mereka memperoleh 'azab yang sangat keras pada hari qiamat, dibandingkan dengan orang-orang lain.

Yang teramat penting, ialah mengetahui tanda-tanda yang membedakan antara ulama dunia dan ulama akhirat.
Yang kami maksudkan dengan ulama dunia ialah ulama su' yang tujuannya dengan ilmu pengetahuan itu ialah untuk memperoleh kesenangan duniawi, kemegahan dan kedudukan.
Bersabda Nabi saw. :
إن أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه
(Inna asyaddan naasi 'adzaaban yaumal qiaamati 'aalimun lam yan-fa' hullaahu bi'ilmihi).
"Manusia yang sangat memperoleh 'azab pada hari qiamat ialah orang yang berilmu yang tiada bermanfa'at dengan ilmunya (
HR Abi Hurairah)

أنه قال; لا يكون المرء عالما حتى يكون بعلمه عاملا
(Laa yakuunul mar-u 'aaliman hattaa yakuuna bi'ilmihi 'aamilaa).
Artinya :"Tidaklah seorang itu bemama alim sebelum berbuat menuruti ilmunya (
HR Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi dari Abid darda)

Bersabda Nabi saw.: العلم علمان علم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على خلقه، وعلم في القلب فذلك العلم النافع "Ilmu pengetahuan itu ada dua : ilmu pada lisan, yaitu ilmu yang menjadi alasan bagi Allah atas makhluk-Nya dan ilmu pada hati, yaitu ilmu yang bermanfa'at". (
HR . At-Tirmidzi dan Ibnu Abdil-Birri dari Al-Hasan)

Bersabda Nabi saw. lagi :يكون في آخر الزمان عباد جهال وعلماء فساق "Adalah pada akhir zaman, orang-orang yang beribadah yang bodoh dan orang-orang yang berilmu yang tidak beribadah (fasiq)(
HR . Al-Hakim dari Anas, hadits dla'if)

Bersabda Nabi saw. :لا تتعلموا العلم لتباهوا به العلماء ولتماروا به السفهاء ولتصرفوا به وجوه الناس إليكم فمن فعل ذلك فهو في النار "Janganlah engkau mempelajari ilmu pengetahuan untuk bersombong-sombong dengan sesama berilmu, untuk bertengkar dengan orang-orang yang berpikiran lemah dan untuk menarik perhatian orang ramai kepadamu. Barang siapa berbuat demikian, maka dia dalam neraka (
H R. Ibnu Majah dari Jabir dengan isnad shahih)

Bersabda Nabi saw. : من كتم علما عنده ألجمه الله بلجام من نار "Barang siapa menyembunyikan ilmu pengetahuan yang ada padanya maka diberikan oleh Allah kekang pada mulutnya dengan kekang api neraka". (
H R. Abi Hurairah)
Dan bersabda Nabi saw. :لأنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال "Sesungguhnya aku lebih takut padamu, kepada yang bukan dajal dari dajal'

Lalu orang menanyakan : "Siapakah itu?"

Maka menjawab Nabi saw. : فقيل وما ذلك فقال من الأئمة المضلين"Imam-imam (pemuka-pemuka) yang menyesatkan " (
H R. Ahmad dari Abi Dzar dengan isnad baik)
Bersabda Nabi saw. :من ازداد علما ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعدا "Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk, niscaya dia tidak bertambah dekat melainkan bertambah jauh dari Allah". (
H R. Abu Manshur Addailami dan Ibnu Hibban)

Bersabda Nabi Isa as. : "Kapankah kamu akan menerangkan jalan kepada orang-orang yang berjalan malam, sedang kamu bertempat tinggal bersama.'sama orang-orang yang dalam keheranan ?"

Dengan hadits ini dan lainnya, menunjukkan betapa besarnya bahaya ilmu. Orang yang berilmu, adakalanya menderita kebinasaan abadi atau kebahagiaan abadi. Dengan berkecimpung dalam ilmu pengetahuan, orang yang berilmu itu tidak memperoleh keselamatan, jika tidak mendapat kebahagiaan.

Adapun atsar (kata-kata shahabat dan ulama-ulama terdahulu), diantara lain berkata Umar ra. : "Yangpaling saya takutkan kepada ummat ini, ialah orang munafiq yang berilmu
Bertanya hadlirin : "Bagaimana ada orang yang munafiq berilmu?".
Menjawab Umar ra. : Berilmu di lidah, bodoh di hati dan
amal "
Berkata Al-Hasan ra.: "Janganlah ada engkau sebahagian dari orang yang mengumpulkan ilmu ulama, katapilihan hukuma dan berlaku dalam perbuatan sepertisufaha (orang-orang bodoh)".
Berkata seorang laki-laki kepada Abu Hurairah ra. : "Saya mau mempelajari ilmu, tetapi saya takut nanti ilmu itu tersia-sia".
Menjawab Abu Hurairah ra. : "Dengan meninggalkan saja, sudah mencukupi untuk dipandang menyia-nyiakan
dan meninggalkan  ilmu "

Ditanyakan Ibrahim bin Uyainah : "Manakah manusia yang lama benar penyesalan nya?"
Menjawab Ibrahim : "Adapun pada masa dekat di dunia ini, ialah orang yang berbuat baik kepada orang yang tidak tahu berterima kasih. Dan ketika mati nanti, ialah orang yang berilmu yang me-nyia-nyiakan ilmunya".

Berkata Al-Khalil bin Ahmad : "Orang itu empat macam.
Yaitu:
A.
Seseorang yang mengetahui dan tahu ia mengetahui. Maka dia itu ialah orang yang berilmu. Ikutlah dia!
B.
Seseorang yang mengetahui dan tidak tahu ia mengetahui. Maka dia itu, ialah orang yang tidur. Bangunkanlah dia!
C.
Semacam lagi ialah orang yang tidak mengetahui dan tahu dia tidak mengetahui. Maka dia itu, ialah orang yang meminta petunjuk. Maka tunjukilah dia!
D.
Dan seorang lagi  orang yang tidak mengetahui dan tidak tahu dia tidak mengetahui. Maka dia itu, ialah orang yang jahil. Maka tolaklah dia!"

Berkata Sufyan Ats -Tsuri ra.  "Disambut ilmu dengan amal perbuatan. Kalau ada demikian, maka ilmu itu menetap. Kalau tidak, maka dia berangkat".

Berkata Ibnul Mubarak "Senantiasa manusia itu berilmu selama ia menuntut ilmu. Apabila ia menyangka sudah berilmu, maka dia itu, telah bodoh".

Berkata Al-Fudhail bin Iyadh ra.  "Saya menaruh belas kasihan kepada tiga orang yaitu

1. O
rang mulia dalam kaumnya yang menghinakan diri,
2. O
rang kaya dalam kaumnya yang memiskinkan diri dan  
3. O
rang yang berilmu yang dipermainkan dunia".

Berkata Al-Hasan : "Siksaan bagi ulama ialah mati hatinya. Kematian hati ialah mencari dunia dengan amalan akhirat". Dan bermadahlah mereka :

Aku heran orang membeli kesesatan dengan petunjuk.
Lebih heran lagi, orang membeli dunia dengan agamanya.
Yang lebih heran dari yang dua
ini adalah  Orang menjual agamanya dengan dunia.
Inilah yang paling ajaib dan yang
kedua ini.

Bersabda Nabi saw. :
إن العال

م ليعذب عذابا يطيف به أهل النار استعظاما لشدة عذابه
(Innal 'aalima layu'adz-dzabu 'adzaaban yathiifu bihii ahlun naaris-ti'dhaaman lisyiddati 'adzaabih).
Artinya :"Bahwa orang yang berilmu itu di 'azabkan dengan suatu azab yang dikelilingi penduduk neraka dengan perasaan dahsyat, karena bersangatan azabnya"

Dimaksudkan dengan orang yang berilmu tadi, ialah orang berilmu yang dzalim.
Berkata usamah bin Zaid : "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda :
يؤتى بالعالم يوم القيامة فيلقى في النار فتندلق أق

تابه فيدور بها كما يدور الحمار بالرحى فيطيف به أهل النار فيقولون ما لك فيقول كنت آمر بالخير ولا آتيه وأنهى عن الشر وآتيه
(Yu'-taa bil'aalimi yaumal qiaamati fayulqaa fin naari fatandaliqu aqtaabuhu fayaduuru bihaa lram yaduurul himaaru birrahaa fa-yathiifu bihii ahlun naari fayaquuluuna maa laka? Fayaquulu : Kuntu aamuru bil khairi wa laa aatiihi wa anhaa 'anisy-syarri wa aatiih).
Artinya :"Pada hari qiamat, dibawa orang yang berilmu lalu dilemparkan ke dalam neraka. Maka keluarlah perutnya. Dia mengelilingi perut-nya itu seperti keledai mengelilingi gilingan gandum. Penduduk neraka mengelilinginya, seraya bertanya : "Mengapa engkau begini
Menjawab orang yang berilmu itu : "Adalah aku menyuruh dengan kebaikan dan aku sendiri tidak mengerjakannya. Aku melarang dari kejahatan dan aku sendiri mengerjakannya". (H R. Al-Bukhari dan Muslim dari usamah bin Zaid)


Dilipatgandakan 'azab kepada orang yang berilmu, karena ma'siat-nya. Karena ia mengerjakan ma'siat itu dengan ilmu. Dari itu berfirman Allah Ta'ala
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ
Innal munaafiqiina fiddarkil asfali minannaari.
Artinya :"Bahwa orang munafiq itu dalam tingkat yang paling bawah dari api neraka(Annisa 145)

Karena mereka ingkar sesudah berilmu. Dijadikan orang Yahudi lebih jahat dari orang Nasrani, pada hal orang Yahudi tidak menga-ku Allah mempunyai anak dan tidak mengatakan bahwa Allah itu yang ke tiga dari tiga, adalah disebabkan orang Yahudi itu ingkar sesudah tahu.

Berfirman Allah Ta'ala : يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ "Mereka mengetahuinya (Kitab Suci) seperti mengetahui anaknya sendiri(Al-Baqarah146).

Dan berfirman Allah Ta'ala :فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ "Setelah datang kepada mereka apa yang mereka ketahui, mereka tidak percaya kepadanya. Sebab itu Allah Ta'ala mengutuki orang-orang yang kafir".( Al-Baqarah 89).

Berfirman Allah Ta'ala mengenai kisah Bal'am bin Ba'-ura' :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ
 الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (Al-A'raaf 175),

S
ehingga  Allah Ta'ala berfirman : فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ
"Orang itu adalah seumpama anjing, kalau engkau halau, diulurkannya lidahnya dan kalau engkau biarkan, diulurkannya juga lidahnya(Al-A'raaf 176).

Maka begitu jugalah orang berilmu yang dzalim. Kepada Bal'am diberikan Kitab Allah, tetapi dia terus bergelimang dalam hawa nafsu. Maka dia diserupakan dengan anjing. Artinya, sama saja antara diberikan ilmu hikmah atau tidak diberikan, dia terus menjilat dengan lidahnya pada hawa nafsu.

Bersabda Isa as.:
مثل علماء السوء كمثل صخرة وقعت على فم النهر لا هي تشرب الماء ولا هي تترك الماء يخلص إلى الزرع ومثل علماء السوء مثل قناة الحش ظاهرها جص وباطنها نتن ومثل القبور ظاهرها عامر وباطنها عظام الموتى.
"Orang berilmu yang jahat adalah seumpama batu besar yang jatuh ke mulut sungai. Dia tidak mengisap air dan tidak menghalangiair mengalir ke tanam-tanaman. Dan seumpama parit rumput, dzahimya yang kelihatan seperti di cat dan dalamnya yang tidak kelihatan adalah berbau busuk. Dan seumpama kuburan, dzahir (luarnya) yang kelihatan adalah bangun-bangunan beton dan bathinnya di dalam adalah tulang-belulang orang mati'

Hadits-hadits dan kata-kata berhikmah serta atsar-atsar dia atas  menerangkan, bahwa orang berilmu yang menjadi anak dunia adalah lebih buruk keadaannya dan lebih sangat 'azab yang dideritainya dari orang bodoh.

Yang memperoleh kemenangan dan dekat dengan
Allah  ialah Ulama akhirat. Tanda-tandanya banyak.
A.
Diantaranya ulama akhirat itu tidak mencari dunia dengan ilmunya.
Sekurang-kurang tingkat seorang yang berilmu itu, mengetahui kehinaan dunia, keburukan, kekotoran dan keseramannya. Kebe-saran akhirat, keabadian, kebersihan nikmat dan keluhuran keraja-annya. Dan mengetahui bahwa antara dunia dan akhirat itu berlawanan. Keduanya seumpama dua wanita yang bermadu, manakala dicari kerelaan yang seorang, maka yang lain marah. Dan seumpama dua daun neraca, manakala berat yang satu, maka yang lain ringan.

Dunia dan akhirat itu Iaksana masyriq dan magrib. Manakala didekati yang satu, maka pasti bertambah jauh dari yang lain. Atau seumpama dua wadah, yang satu penuh dan yang lain kosong. Sebanyak yang diambil dari yang berisi untuk dituangkan ke dalam yang kosong sampai penuh, maka demikianlah kosong yang berisi itu.
Maka orang yang tidak mengenai kehinaan dunia, kekotoran dan kecampur-bauran kelezatan dengan kesakitannya, kemudian ke-seraman apa yang kelihatan bersih dari dunia itu, maka orang itu adalah manusia yang telah rusak akal.
Sesungguhnya penyaksian dan pengalaman menunjukkan kepada demikian. Maka bagaimanakah termasuk golongan orang berilmu, orang yang tak berakal? Orang yang tak mengetahui kebesaran keadaan akhirat dan keabadiannya, maka orang itu telah tertutup hatinya dan tercabut keimanannya.


B
agaimanakah termasuk golongan orang berilmu, orang yang tak beriman? Dan orang yang tak mengetahui berlawanannya dunia dengan akhirat dan mengum-pulkan keduanya adalah satu harapan yang tak usah diharapkan, maka orang itu bodoh dengan seluruh agama nabi-nabi. Bahkan hatinya telah tertutup dari seluruh isi Al-Quran, dari permulaannya sampai kepada penghabisannya. Maka bagaimanakah dia dihitung termasuk dalam golongan ulama..

Barang siapa  yang mengetahui ini seluruhnya tetapi tidak memilih akhirat dari dunia, maka adalah tawanan setan. Telah dibinasakan oleh hawa nafsunya dan dipaksakan oleh kecelakaannya. Maka bagaimanakah dihitung termasuk dalam barisan ulama, orang yang ting-katanny a demikian ?

Dalam warta berita nabi Daud as. yang merupakan firman dari Allah Ta'ala, tersebut : "
Sesungguhnya Sekurang-kurang perbuatanKu dengan orang yang berilmu apabila memilihkan hawa nafsunya dari mencintai Aku maka Kuharamkannya kelezatan bermunajah dengan Aku.
Hai Daud! Jangan engkau tanyakan kepadaKu orang yang berilmu yang telah dimabukkan oleh dunia,  maka dicegahnya engkau dari jalan kecintaanKu. Mereka itulah penyamun terhadap hambaKu.
Hai Daud! Apabila engkau melihat seorang mencari Ku, maka hendaklah engkau menjadi pesuruhnya!
Hai Daud! Barang siapa mengembalikan kepadaKu orang yang lari maka Aku mencatatnya sebagai orang yg arif yang tahu baik dan buruk. Barang siapa Kutuliskan Sebagai orang yang arif  kebenaran, maka tidak Ku'azabkan dia selama-lamanya

Oleh karena  itu berkata Al-Hasan ra. : "Siksaan bagi orang yang berilmu ialah mati hatinya. Mati hati ialah mencari dunia dengan amal perbuatan akhirat".
Karena itu berkata Yahya bin Ma'az : "Sesungguhnya hilanglah keelokan ilmu dan hikmah, apabila dicari dunia dengan keduanya".  
Sa'id bin Al-Muiayyab ra. Berkata : "Apabila engkau melihat orang yang berilmu mendatangi amir-amir, maka itu adalah pencuri".

Berkata Umar ra.: "Apabila engkau melihat orang yang berilmu mencintai dunia, maka curigalah dia terhadap agama-nya! Karena tiap-tiap orang yang mencintai sesuatu, ia akan berkecimpung pada yang dicintainya itu".

Berkata Malik bin Dinar ra. : "Aku telah membaca dalam beberapa kitab lama bahwa Allah Ta'ala berfirman : "Bahwa yang paling mudah Aku perbuat dengan orang yang berilmu apabila ia mencintai dunia, ialah Aku keluarkan dari hatinya kelezatan bermunajah dengan Aku".

Seorang laki-laki menulis surat kepada saudaranya, yang berbunyi: "Engkau telah diberikan ilmu, maka janganlah engkau padamkan nur ilmu itu dengan kegelapan dosa. Nanti engkau kekal dalam kegelapan, pada hari berjalan segala ahli ilmu dalam sinar ilmu
mereka".

Yahya bin Ma'az Ar-Razi ra. : kepada para ahli ilmu duniawi : "Hai segala ahli ilmu! Istanamu seperti is tana kaisar Romawi, rumahmu seperti rumah raja (ktsra) Persif pakaianmu seperti pakaian golongan Dzahiriah, sepatumu seperti sepatu Jalut, kendaraan-mu seperti kendaraan Qarun, tempat makanmu seperti tempat makan Fir'aun, perbuatanmu seperti perbuatan orang jahiliah dan madzhabmu seperti madzhab setan. Maka dimanakah syari'at Muhammad itu ?".

Berkata seorang penyair :
Pengembala
itu menjaga domba dari serigala.
Maka bagaimana pula apabila pengembala itu sendiri
menjadi serigala.?"

Berkata penyair lain :
Wahai
golongan  pembaca ingat garam negeri...Tidaklah garam dapat membuat perbaikan, apabila garam itu telah rusak.
Ditanyakan kepada setengah 'arifin (orang yang mempunyai ma'-rifah kepada Allah Ta'ala) : "Adakah tuan berpendapat bahwa orang yang meletakkan pekerjaan ma'siat menjadi kecintaannya, tidak mengenai Allah?"
Menjawab 'arifin itu : "Tak ragu aku bahwa orang yang memilih dunia dari akhirat adalah tidak mengenai Allah Ta'ala".

Selain dari itu, amat banyak lagi kata-kata hikmah tentang
hal ini. Dan janganlah anda menyangka bahwa meninggalkan harta kekayaan saja sudah mencukupi untuk menghubungkan diri dengan ulama akhirat. Sebab mencari kemegahan itu, lebih lagi membawa kemelaratan dari akhirat.
Dari itu berkata Bisyr : "Bercerita kepada  kami salah satu dari pintu-pintu dunia. Maka apabila aku mendengar orang mengatakan : "Berbicaralah dengan kami!", maka sebenarnya ia mengatakan : "Berilah kelapangan kepadaku".
Bisyr bin Harts menanamkan lebih
belasan  buah buku antara peti buku dan peti tempat simpanan tamar (kurma kering). Dia mengatakan : "Saya ingin berbicara. Jikalau hilanglah keinginanku berbicara, maka aku berbicara".
Berkata Bisyr dan lainnya : "Apabila ingin engkau berbicara, maka diamlah! Apabila tidak ingin, maka berbicaralah!

I
nilah! Karena merasa kelezatan dengan pangkat membuat sesuatu jasa dan memperoleh kedudukan memberi petunjuk kepada orang, adalah kelezatan yang terbesar dari seluruh kenikmatan duniawi. Barang siapa memperkenankan hawa nafsunya membicarakan itu, maka adalah dia diantara anak-anak dunia.

Oleh karena itu berkata Ats-Tsuri : "Fitnah pembicaraan, adalah lebih hebat dari pada fitnah keluarga, harta dan anak. Bagaimanakah tidak ditakuti fitnahnya? Dan telah dikatakan kepada Penghulu segala Rasul saw.:  Seandainya  tidaklah Kami tetapkan pendirian engkau, maka hampirlah engkau condong sedikit kepada mereka" (al-Isra’ 74)

Sahl ra
berkata  : "Ilmu itu seluruhnya dunia. Yang akhirat dari ilmu itu, ialah berbuat amal. Amal seluruhnya itu hampa, kecuali dengan keikhlasan.
Berkata Sahl seterusnya : "Manusia seluruhnya mati selain para ahli ilmu. Para ahli ilmu itu mabuk, selain yang beramal. Orang yang beramal seluruhnya tertipu, selain yang ikhlas. Orang yang ikhlas itu dalam ketakutan, sebelum diketahuinya apa kesudahan dari amalnya itu ".

Abu Sulaiman Ad-Darani ra. berkata: "Apabila seseorang mempelajari hadits atau kawin atau merantau mencari penghidupan, maka orang itu telah condong kepada dunia".

Maksud Abu Sulaiman dengan ucapannya itu ialah mencari isnad-isnad hadits yang tinggi atau mencari hadits yang tidak diperlukan pada mencari akhirat.

Berkata Nabi Isa as. : "Bagaimana menjadi ahli ilmu orang yang perjalanannya ke akhirat, sedang dia menghadap ke jalan dunia? Dan Bagaimana menjadi ahli ilmu orang mencari ilmu kalam untuk diceriterakan, tidak untuk diamalkan ?"

Halaman 192


Berkata Shaleh bin Kaisan Al-Bashari : "Aku berjumpa dengan beberapa orang syekh. Mereka itu berlindung dengan Allah dari orang dzalim yang alim dengan sunnah (hadist) Nabi saw.".

Berkata Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda :
من طلب علما مما يبتغي به وجه الله تعالى ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة
(Man thalaba ilman mimmaa yubtaghaa bihii wajhullaahi Ta'aalaa liyushiiba bihii 'ardlan minad dun-yaa lam yajid 'arfal jannati yaumal qiyaamah).
Artinya :"Barang siapa menuntut ilmu.diantara ilmu pengetahuan yang menuju kerelaan Allah untuk memperoleh harta benda duniawi, maka orang itu tidak akan mencium bau sorga pada hari qiamat". (
H R . Abu dawud dan ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Sudah dijelaskan oleh Allah altan ulama su' dengan mencari dunia dengan ilmunya dan ulama akhirat dengan khusu' dan zuhud. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla tentang ulama dunia
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَا

ءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا
Dan ketika Allah mengambil janji orang-orang yang diberi kan Kitab : Bahwa mereka akan menerangkan Kitab ttu kepada manusia dan tidak tikan menyembunyikan ; kemudian janji itu mereka buang kebelakang dan mereka mengambil sedikit keuntungan untuk gantinya".
(Ali 'Imran 187).
Berfirman Allah Ta'ala tentang ulama akhirat:

وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِ

لَّهِ لا يَشْتَرُونَ
بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّ

هِمْ
(Wa inna min ahlil kitaabi laman yu'minu billaahi wa maa unzila ilaikum wa maa unzila ilaihim khaasyii'iina lillaahi laa yasytaruuna biaayaatillaahi tsamanan qaliilan, ulaaika lahum ajruhum indarab-bihim).

Artinya :
"Bahwa diantara orang-orang yang diturunkan Kitab itu ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada wahyu yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, mereka tunduk kepada Allah, dengan tidak menukar keterangan-keterangan Allah itu dengan harga yang tnurah. Mereka memperoleh pahala dari sist Tuhan". (Ali 'imran 199).

Sebahagian ulama salaf berkata "Para ulama itu dibangkitkan dalam rombongan nabi-nabi. Dan para kadli (hakim) dibangkitkan dalam rombongan raja-raja.

Dimaksudkan dalam pengertian kadli, juga seluruh ahli fiqih, yang tujuannya mencari dunia dengan ilmu pengetahuannya.

Diriwayatkan Abud-Darda' dari Nabi saw. bahwa Nabi saw. bersabda :أوحى الله عز وجل إلى بعض الأنبياء قل للذين يتفقهون لغير الدين ويتعلمون لغير العمل ويطلبون الدنيا بعمل الآخرة يلبسون للناس مسوك الكباش وقلوبهم كقلوب الذئاب ألسنتهم أحلى من العسل وقلوبهم أمر من الصبر إياي يخادعون وبي يستهزئون لأفتحن لهم فتنة تذر الحليم حيراناً
"Diwahyukan Allah kepada sebahagian nabi-nabi, yaitu: "Katakanlah kepada, mereka yang menuntut ilmu, bukan untuk agama, belajar bukan untuk amal dan mencari dunia dengan amal perbuatan akhirat : "Bahwa mereka memberi pakaian kulit kibas kepada manusia. Hati mereka seperti hati serigala. Lidah mereka lebih manis daripada madu. Hati mereka lebih pahit daripada buah p
aria. Aku dikicunkannya, namaKu dipermain-mainkannya. Sesungguhnya akan Aku buka bagi mereka fitnah yang meninggalkan keheranan bagi orang yang penyantun". (HR. Ibnu abdil -birr dari Abid darda)

Diriwayatkan Adl-Dlahhakالضحاك dari Ibnu Abbas ra. bahwa Ibnu Abbas mendengar Rasulullah saw. bersabda :"علماء هذه الأمة رجلان رجل آتاه الله علما فبذله للناس ولم يأخذ عليه طمعا ولم يشتر به ثمنا فذلك يصلي عليه طير السماء وحيتان الماء ودواب الأرض والكرام الكاتبون يقدم على الله عز وجل يوم القيامة سيدا شريفا حتى يوافق المرسلين ورجل آتاه الله علما في الدنيا فضن به على عباد الله وأخذ عليه طمعا واشترى به ثمنا فذلك يأتي يوم القيامة ملجما بلجام من نار ينادي مناد على رؤوس الخلائق هذا فلان بن فلان آتاه الله علما في الدنيا فضن به على عباده وأخذ به طمعا واشترى به ثمنا فيعذب حتى يفرغ من حساب الناس Ulama ummat ini terbagi dua. Yang satu dianugerahi Allah ilmu pengetahuan lalu diberikannya kepada orang lain dengan tidak meng-harap apa-apa dan tidak diperjual-belikan. Ulama yang seperti ini dido'akan kepadanya oleh burung di udara, ikan dalam air, he wan di atas bumi dan para malaikat yang menuliskan amal manusia. Dia dibawa kehadapan Allah Ta'ala pada hari qiamat, sebagai seorang tuan yang mulia, sehingga menjadi teman para rasul Tuhan. Yang satu lagi dianugerahi Allah ilmu pengetahuan dalam dunia ini dan kikir memberikannya kepada hamba Allah, mengharap apa-apa dan memperjual-belikan. Ulama yang seperti ini datang pada hari qiamat, mulutnya dikekang dengan kekang api neraka. Dihadapan manusia ramai, tampil seorang penyeru, menyerukan : "Inilah sianu anak si anu dianugerahi Allah ilmu pengetahuan. di dunia, maka ia kikir memberikannya kepada hamba Allah, dia mengharap apa-apa dan memperjual-belikannya. Ulama tadi di'azabkan sampai selesai manusia lain dihitung amalan-nya (dihisab)". (
HR . Atb-Thabranl dart Ibnu Abbas)

Dan
 lebih dahsyat dari itu lagi, ialah riwayat yang menerangkan bahwa ada seorang laki-laki menjadi pesuruh Nabi Musa as. Laki-laki itu selalu mengatakan : "Diceriterakan kepadaku oleh Musa Pilihan Allah bercerita kepada ku. Musa yang Dilepaskan Allah (Najiullahنجي الله ) bercerita kepada ku . Diceriterakan kepadaku oleh Musa yang berkalam dengan Allah (Kalimullah)". Sehingga orang itu menjadi kaya raya banyak hartanya. Kemudian orang itu hilang, tidak diketahui oleh Musa as. kemana perginya. Maka Musa as. bertanya kesana kemari tetapi tidak mendapat berita apa-apa.
Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Musa as. membawa seekor babi dan pada le
her babi itu tali hitam. Bertanya Musa as. pada laki-laki itu : "Kenalkah engkau si fulan ?"
Menjawab laki-laki itu : "Kenal! Dialah babi ini".

Maka  Musa as.
Berdoa  : "Wahai Tuhan ku! Aku bermohon kehadliratMu. Kembalikanlah orang ini kepada keadaannya semula, supaya aku dapat menanyakan, apakah yang telah menimpa dirinya !
Maka Allah 'Azza wa Jalla mewahyukan kepada Musa as. : "Sekiranya engkau
berdoa  kepadaKu dengan apa yang telah dipakai Adam berdoa atau lebih kurang lagi, tidak juga Aku perkenankan, Tetapi Aku kabarkan kepadamu, mengapa Aku berbuat begitu, adalah disebabkan orang itu mencari dunia dengan agama".

Yang lebih berat lagi dari ini, ialah yang diriwayatkan Ma'az bin Jabal ra. suatu hadits mauquf dan marfu' bahwa Nabi saw. bersabda :

من فتنة العالم أن يكون الكلام أحب إليه من الاستماع "
Diantara fitnah dari seorang yang berilmu ialah lebih suka ia berkata-kata dari pada mendengar. (H R. Abu Na’im).

Sebab dalam perkataan itu banyak bunga Dan tambahan dan belum ada jaminan teipelihara dari kesalahan. Dalam berdiam diri timbul keselamatan dan tanda berilmu pengetahuan.
Sebagian
orang yang berilmu (ulama), ada yang menyimpan saja ilmunya, tidak suka ada pada orang lain. Orang yang semacam ini, dalam lapisan pertama dari api neraka. Diantara orang yang berilmu, ada yang bersikap sebagai raja dengan ilmunya. Jika ada pengetahuannya yang ditolak orang atau dipandang orang lemah dan kurang benar, maka marahlah dia. Orang yang semacam ini dalam lapisan kedua dari api neraka.
Diantara orang yang berilmu, ada yang menyediakan ilmunya dan pembahasan ilmiahnya yang mendalam untuk orang yang terkemuka dan yang kaya saja dan tidak mau melihat kepada orang yang memerlukan kepada ilmu pengetahuannya. Orang yang semacam ini dalam lapisan keti-ga dari api neraka.
Sebagian
 orang yang berilmu, ada yang mengangkat dirinya, untuk memberi fatwa, lalu ia berfatwa salah. Allah Ta'ala memarahi orang-orang yang memberatkan dirinya dengan beban yang tidak disanggupinya. Orang yang semacam ini dalam lapisan keempat dari api neraka.
Sebagian
 orang yang berilmu, ada yang berbicara cara Yahudi dan Nasrani untuk memperlihatkan ketinggian ilmu pengetahuannya. Orang yang semacam ini dalam lapisan kelima dari api neraka.
Sebagian
 orang yang berilmu, ada yang membuat ilmunya untuk kehormatan diri, kemuliaan dan keharuman nama ditengah-tengah masyarakat. Orang yang semacam ini dalam lapisan keenam dalam api neraka.
Sebagian
 orang yang berilmu, ada yang menarik kebanggaan dan kesombongan dengan ilmunya. Bila ia memberi nasehat, menghardik. Dan bila dinasehati, berkeras kepala. Orang yang semacam ini dalam lapisan ketujuh dari api neraka.


Halaman 195


Wajiblah kamu wahai saudaraku Hendaklah engkau berdiam diri! Dengan berdiam diri, engkau dapat mengalahkan setan. Waspadalah dari tertawa tanpa ada yang mena'jubkan dan dari berjalan tanpa ada maksud!

Pada hadits yang lain, tersebut : إن العبد لينشر له من الثناء ما يملأ ما بين المشرق والمغرب وما يزن عند الله جناح بعوضة

"Ada orang yang berkumandang pujian terhadap dirinya memenuhi antara masyriq dan magrib, tetapi pada sisi Allah tidak ada timbangannya seberat sayap lalat".

Di
riwayatkan  bahwa seorang laki-laki dari Khurasan membawa kepada Al-Hasan suatu bungkusan sesudah Al-Hasan meninggalkan majlisnya. Bungkusan tersebut berisi lima ribu dirham dan sepuluh potong kain dari benang halus.
Berkata laki-laki itu : "Hai Abu Said! (Panggilan kepada Al-Hasan) Inilah belanja dan inilah pakaian!"
Menjawab Al-Hasan : "Kiranya Allah melimpahkan kesehatan kepadamu! Kumpulkanlah ini untuk belanjamu dan pakaianmu! Kami tidak berhajat kepadanya. Sesungguhnya orang yang duduk seumpama majlisku itu dan menerima dari orang seperti ini, maka dia akan menjumpai Allah Ta'ala pada hari qiamat dan dia tidak berbudi".

Diriwayatkan dari Jabir hadits mauquf dan marfu' (hadits tidak kuat) bahwa Nabi saw. bersabda :لا تجلسوا عند كل عالم إلا إلى عالم يدعوكم من خمس إلى خمس من الشك إلى اليقين ومن الرياء إلى الإخلاص ومن الرغبة إلى الزهد ومن الكبر إلى التواضع ومن العداوة إلى النصيحة
"Janganlah engkau duduk pada setiap orang yang berilmu, kecuali pada orang yang berilmu yang mengajak kamu dari lima kepada lima : dari keragu-raguan kepada keyakinan, dari ria kepada ke ikhlas an, dari kegemaran kepada dunia kepada zuhud, dari takabur kepada kerendahan diri dan dari permusuhan kepada nasehat-menasehati". (
HR Na'im dan ibnul juzi)

Berfirman Allah Ta'ala :
Fakharaja 'alaa qaumihii fii ziinatihii qaalalladziina yuriiduunal hayaatad dun-yaa yaalaita lanaa mitsla maa uutiya qaaruunu inna-huu ladzuu hadhdhin 'adhiim wa qaalalladziina uutul 'ilma waila-kum tsawaabullaahi khairun liman aamana
Artinya:"Lalu dia keluar
qorun kepada kaumnya dengan perhiasannya (yang in-dah-indah). Orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia ini berkata : Wahai! Kiranya kami mempunyai seperti apa yang diberikan kepada Qarun! Sesungguhnya dia beruntung yang besar (bernasib baik)! Tetapi orang-orang yang berpengetahuan berkata : Malang nasibmu! Pahala dari Tuhan lebih baik untuk orang yang beriman(Al-Qashash,79 - 80).

Maka ahli ilmu itu tahu memilih akhirat atas dunia. Diantara tanda-tanda ulama akhirat itu,
A.  T
idak bertentangan perbuatannya dengan perkataannya. Bahkan ia tidak menyuruh sesuatu sebelum dia sendiri menjadi orang pertama yang mengerjakannya.


Berfirman Allah Ta'ala :
 "Adakah kamu menyuruh manusia dengan kebaikan dan kamu lupakan akan dirimu sendiri?"
(S. Al-Baqarah, ayat 44).
Berfirman Allah Ta'ala:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Kabura maqtan 'indallaahi an taquuluu maa laa tafaluun.
Artinya:"Amat besar kutuk dari Allah Ta'ala bahwa kamu katakan apa yang tidak kamu kerjakan (Ash-Shaff, ayat 3).
Berfirman Allah Ta'ala mengenai kisah Nabi Syu'aib as. : "Aku tidak kehendaki bertentangan dengan kamu kepada apa yang Aku larangkan kamu dan padanya ". (.Hudd Ayat 88)

Berfirman Allah Ta'ala : "Berbaktilah kepada Allah dan Allah mengajarkan kamu "(Al-Baqarah282).

Berfirman Allah Ta'ala : "Berbaktilah kepada Allah dan tahulah! Dan berbaktilah kepada Allah dan dengarlah.

Berfirman Allah Ta'ala kepada Isa as. : "Hai Putera Maryam! Ajari-lah dirimu sendiri! Jika engkau telah
dapat pelajaran, maka ajarilah orang lain. Kalau tidak, maka malulah kepada-Ku !"

Bersabda Nabi saw. : مررت ليلة أسري بي بأقوام تقرض شفاههم بمقاريض من نار فقلت "Aku lalui pada malam isra'ku pada beberapa kaum yang disayat bibirya dengan gunting-gunting dari api neraka. Maka aku tanyakan : من أنتم "Siapakah kamu ini?"

فقالوا Mereka menjawab : كنا نأمر بالخير ولا نأتيه وننهى عن الشر ونأتيه "Kami adalah orang yang menyuruh dengan kebaikan dan tidak kami kerjakan. Kami melarang dari kejahatan dan kami kerjakan". (
HR Ibnu Hibban dari Anas)

Bersabda Nabi saw. :هلاك أمتي عالم فاجر وعابد جاهل وشر الشرار شرار العلماء وخير الخيار خيار العلماء

(Halaaku ummatii 'aalimun faajirun wa 'aabidun jaahilun wa syar-rusy-syiraari syiraarul ulamaa-i wa khairul khiyaari khiyaarul 'ula-maa').
Artinya :"Yang binasa dari ummatku ialah orang berilmu yang dhalim dan orang yang beribadat yang bodoh. Kejahatan yang paling jahat ialah kejahatan orang berilmu dan kebaikan yang paling baik ialah kebaikan orang yang berilmu ". (
HR Ad-Darimi dari At-Ahwash bin Hakim)

Berkata Al-Auza'i ra. : "Diduga oleh pembuat peti-peti mayat bahwa tak ada yang lebih busuk selain dari mayat orang-orang yang tak beriman. Maka diwahyukan Tuhan kepadanya bahwa perut ulama su' lebih busuk dari itu".

Berkata Al-Fudlail bin 'Iyadl ra. : "Sampai kepadaku bahwa orang berilmu yang fasiq didahulukan penyiksaannya pada hari qiamat, daripada penyembah-penyembah berhala".

Berkata Abud-Darda' ra. : "Siksaan neraka bagi orang yang tidak berilmu, satu kali dan bagi orang yang berilmu yang tidak menga-malkan tujuh kali".

Berkata Asy-Sya'bi : "Muncul pada hari qiamat suatu golongan dari penduduk sorga, berhadapan dengan suatu golongan dari pen-duduk neraka. Maka bertanya penduduk sorga : "Apakah sebabnya maka tuan-tuan dimasukkan ke dalam neraka? Adapun kami ini, maka dimasukkan Allah ke dalam sorga ialah karena kelebihan pengajaran dan pelajaran tuan-tuan ".

Maka menjawab penduduk. neraka : "Karena kami menyuruh dengan kebajikan dan tidak kami kerjakan, melarang dari kejahatan dan kami kerjakan".

Berkata Hatim Al-Ashamm ra. : "Tidak adalah kerugian yang paling hebat pada hari qiamat, selain dari orang yang mengajari manusia ilmu pengetahuan lalu diamalkan mereka, sedang dia sendiri tidak mengamalkannya. Maka mereka memperoleh kemenangan dengan sebabnya dan dia sendiri binasa "
Berkata Malik bin Dinar: "Bahwa orang yang berilmu apabila tidak berbuat sepanjang ilmunya, maka lenyaplah pengajarannya dari hati manusia seperti lenyapnya embun pagi dari bukit Shofa".
Maka berpantunlah mereka :
"Wahai
orang yang memberi nasihat kepada  orang-orang yg kamu telah menjadi orang yang tertuduh
Engkau larang mereka beberapa perkara,
Engkau sendiri mengerjakannya....
Engkau rajin menasehati mereka
dengan satu nasehat  tetapi, segala yang terlarang, engkau yang malah mengerjakanya
Demi umurku, kamu adalah orang yang melakukan  dosa-dosa yang membinasakan amal
.
Engkau hinakan dunia dan orang yang suka kepadanya,
sedang engkau sendiri paling suka kepada dunia itu
lebih dari mereka.."

Berkata penyair lain :"
Janganlah engkau melarang sesuatu tingkah laku
dan engkau sendiri mengerjakannya,
Amatlah sangat memalukan kamu,
apabila engkau sendiri memperbuatkannya".

Berkata Ibrahim bin Adham ra. : "Aku melewati batu besar di Makkah yang tertulis diatasnya Balikkanlah aku, engkau akan dapat mengambil
pelajaran  (i’tibar) Maka aku balikkan lalu aku lihat tertulis padanya : "Kamu tidak mengamalkan apa yang engkau ketahui, maka bagaimana engkau mencari ilmu tentang sesuatu yang belum engkau ketahui!"
Ibnus-Sammak ra.
berkata : "Berapa banyak orang yang memperi-ngatkan orang lain kepada Allah, tapi dia sendiri  lupa kepada Allah... Berapa banyak orang yang memberi peringatan supaya takut kepada Allah, dia sendiri menentang Allah! Berapa banyak orang yang mengajak orang lain mendekatkan diri kepada Allah, padahal ia sendiri yang jauh dari Allah! Berapa banyak orang yang menyerukan orang lain kepada Allahah dan ia sendiri lari dari Allah! Dan berapa banyak orang yang membaca Kitab Allah, padahal  terhapus hatinya dari ayat-ayat Allah!".
Berkata Ibrahim bin Adham ra.  "Kami perbaiki bahasa perkataan kami, maka kami tidak salah. Dan kami telah salah pada perbuatan kami tetapi tidak kami perbaiki".

Berkata Al-Auza'i : "Apabila diperhatikan benar perbaikan bahasa, maka hilanglah khusu' ".

Mak-hul meriwayatkan  dari Abdur Rahman bin Ghanam bahwa Abdur Rahman mengatakan : "Berceritera kepadaku sepuluh orang shahabat Nabi saw. dengan katanya : "Kami sedang belajar ilmu di masjid Quba tiba-tiba masuk Rasulullah saw. lalu bersabda :
تعلموا ما ش

ئتم أن تعلموا فلن يأجركم الله حتى تعملوا
(Ta'
alaamuu maa syi'tum an ta'allamuu falan ya'jarakumullaahu hattaa ta'maluu).
Artinya :"Pelajarilah apa yang engkau kehendaki mempelajarinya. Tetapi engkau tidak diberi pahala oleh Allah Ta'ala, sebelum engkau amalka
n".  (H R. Ibnu Abdil Bar dan Ad Dailami)

Nabi Isa as.
Bersabda  "Orang yang mempelajari ilmu dan tidak mengamalkannya adalah seumpama wanita yang berbuat serong dengan sembunyi, maka ia hamil. Setelah bersalin, maka, pecahlah kabar tentang perbuatan jahat wanita tersebut.
Maka begitu pulalah orang yang tidak berbuat menurut ilmunya, akan disiarkan Allah pada hari qiamat dihadapan orang banyak".

Berkata Mu'adz ra. ; "Jagalah tergelincirnya orang berilmu, karena kedudukannya tinggi di mata orang banyak! Maka dia diikuti mereka, meskipun dia telah tergelincir".
Berkata Umar ra. : "Apabila tergelincir orang yang berilmu, maka tergelincirlah alam makhluk".
Berkata Umar ra.: "Dengan tiga sebab hancurlah zaman. Salah satu dari padanya, tergelincirnya orang berilmu "
Berkata Ibnu Mas'ud : "Akan datang kepada manusia suatu masa, yang terbalik kemanisan hati menjadi asin. Sehingga pada hari itu, orang yang berilmu dan yang mempelajari ilmu tak dapat mengambil manfaat dari ilmunya. Maka hati orang-orang yang berilmu, dari mereka seumpama tanah kosong yang bergaram, yang turun kepadanya hujan dari langit, maka tidak juga diperoleh rasa tawar padanya. Yaitu, apabila condong hati orang berilmu kepada mencintai dunia dan melebihkannya dari akhirat. Maka pada ketika itu, dica-butkan Allah sumber-sumber hikmah dan dipadamkanNya lampu petunjuk dari hati mereka. Maka akan diceriterakan kepadamu oleh orang yang berilmu dari mereka itu ketika engkau menjumpainya, bahwa dia takut akan Allah dengan lisannya. Dan kedzaliman jelas kelihatan pada amal-perbuatannya. Alangkah suburnya lidah mere* ka ketika itu dan tandusnya hati mereka! Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia! Tidaklah terjadi yang demikian itu selain karena para guru mengajar bukan karena Allah dan para pelajar belajar bukan kerena Allah".

Dalam Taurat dan Injil tertulis : "Janganlah engkau mencari ilmu yang belum engkau ketahui, sebelum engkau amalkan apa yang telah engkau ketahui".

Berkata Hudzaifah ra. : "Sesungguhnya engkau sekarang berada pada zaman, di mana orang yang meninggalkan sepersepuluh dari yang diketahuinya, menjadi binasa. Dan akan datang suatu zaman, di mana orang yang mengerjakan padanya sepersepuluh dari apa yang diketahuinya, niscaya ia selamat. Sebabnya, adalah karena banyaknya orang yang berbuat batil".

Ketahuilah bahwa orang berilmu itu adalah serupa dengan kadli (hakim). Nabi saw. bersabda :
القضاة ثلاثة قاض قضى بالحق وهو يعلم فذلك في الجنة وقاض قضى بالجور وهو يعلم أو لا يعلم فهو في النار وقاض قضى بغير ما أمر الله به فهو في النار
(Al-Qudlaatu tsalaateatun qaadlin qadlaa bil haqqi wa huwa yalamu fadzaalika fil jannah, wa qaadlin qadlaa bil jauri wa huwa yalamu aulaa yalamu fahuwa finnaari wa qaadlin qadlaa bighairi maa amarallaahu bihii fahuwa finnaar).
Artinya :"Kadli itu tiga macam : semacam menghukum dengan yang benar dan dia itu tahu, maka dia itu dalam surga. Semacam menghukum dengan kedzaliman dan dia itu tahu atau tidak tahu yang demikian maka dia itu dalam neraka. Dan semacam lagi menghukum di luar daripada perintah Allah, maka dia itu dalam neraka". (
H R. Ash-Habus Sunan dari hadist Buraidah. Shahih)

Ka'ab rahikumullah berkata.  "Adalah pada akhir zaman, orang-orang yang berilmu, menyuruh manusia zuhud dari dunia dan mereka sendiri tidak zuhud. Menyuruh manusia takut kepada Tuhan dan mereka sendiri tidak takut. Melarang manusia mendatangi wali-wali negeri(penguasa) dan mereka sendiri datang kepada wali-wali negeri itu. Mereka me-milih dunia dari akhirat, mereka makan hasil usaha lidah mereka. Mereka mendekati orang-orang kaya, tidak orang-orang miskin. Mereka cemburu kepada ilmu pengetahuan seperti kaum wanita cemburu kepada kaum laki-laki. Ia marah kepada teman duduknya apabila  duduk dengan orang lain.

Orang-orang yang berilmu semacam itulah, orang-orang yang keras hati, musuh Tuhan Yang Maha Pengasih ".
Bersabda Nabi saw. :Kadang-kadang setan itu menangguhkan kamu dengan ilmu
Lalu bertanya yang hadlir : "Ya Rasulullah Bagaimana yang demikian itu?
Menjawab Nabi saw. : إن الشيطان ربما يسوفكم بالعلم، فقيل يا رسول الله وكيف ذلك، قال صلى الله عليه وسلم: يقول اطلب العلم ولا تعمل حتى تعلم فلا يزال للعلم قائلا وللعمل مسوفا حتى يموت وما عمل
"Yaitu, setan itu mengatakan : "Tuntutlah ilmu dan jangan beramal dulu sebelum tahu benar. Maka senantiasa-lah setan itu berkata demikian bagi ilmu dan menangguhkan terhadap amal perbuatan, sehingga mati yang belajar itu dan tidak beramal".
(HR Anas)

Berkata Sirri As-Suqthi : "Adalah seorang laki-laki mengasingkan diri pergi beribadah, di mana tadinya amat rajin mempelajari ilmu dhahir. Maka aku bertanya kepadanya, lalu ia menjawab : "Saya bermimpi berjumpa dengan orang yang mengatakan kepadaku : "Berapa banyak engkau menyia-nyiakan ilmu, maka sebanyak itu pulalah engkau disia-siakan Allah". Aku menjawab bahwa aku memelihara ilmu itu, maka berkata orang yang dalam mimpi tadi: "Memeliharakan ilmu ialah mengamalkan ilmu itu". Maka aku tinggalkan belajar dan pergi beramal".
Berkata Ibnu Mas'ud ra. : "Tidaklah ilmu itu dengan banyak ceritera, tetapi ilmu itu takut kepada
Rabb".
Berkata Al-Hasan : "Pelajarilah apa yang kamu mau mempelajarinya! Demi Allah! Kamu tidak akan diberi pahala oleh Allah sebelum beramal. Sebab orang-orang bodoh itu, cita-citanya meriwayatkan ilmu dan orang-orang yang berilmu itu cita-citanya memelihara ilmu itu dengan amal".

Berkata Malik ra. '"Menuntut ilmu itu baik dan mengembangkannya baik apabila niat itu betul. Tetapi perhatikanlah, apa yang harus bagimu dari pagi sampai
sore! Maka janganlah engkau mengutamakan ilmu itu tanpa beramal ".

Berkata Ibnu Ma'ud ra. : "Di turunkan Al-Quran untuk diamalkan. Maka ambillah mempelajarinya menjadi amalan. Dan akan datang suatu kaum yang membersihkan Al-Quran seperti membersihkan selokan. Mereka itu tidaklah termasuk orang baik. Orang berilmu yang tidak mengamalkan, adalah seumpama orang sakit yang menerangkan tentang obat dan seumpama orang lapar yang menerangkan tentang kelezatan makanan dan makanan itu tidak diperolehnya".

Searah dengan yang diatas tadi, firman Allah Ta'ala :
وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ
(Wa lakumul wailu mimmaa tashifuun).
Artinya :"Bagi kamu neraka wailun dari apa yang kamu terangkan
(Al-Anbia18).

Dalam hadits tersebut:إنما أخاف على أمتي زلة عالم وجدال منافق في القرآن
(Innamaa akhaafu 'alaa ummatii zillatu 'aalimin wa jidaalu munaa-fiqin fil Qur-an).
Artinya :
"Diantara yang aku takuti atas ummatku ialah tergelincirnya orang berilmu dan pertengkaran orang munafiq tentang Al-Quran"
(H R. Ath-Tabrani dari Abu Darda)

Dan diantara tanda-tanda ulama akhirat itu, ialah kesungguhannya mencari ilmu yang berguna tentang akhirat, yang menggembirakan pada ta'at, menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan yang sedikit manfa'atnya dan banyak padanya pertengkaran, kata ini dan kata itu (qil dan qal).

Orang yang mengenyampingkan pengetahuan untuk beramal dan sibuk dengan pertengkaran adalah seumpama orang sakit, yang pada tubuhnya bermacam-macam penyakit dan ia berjumpa dengan seorang dokter yang ahli, pada waktu yang sempit yang hampir habis. Maka si sakit tadi menggunakan waktu yang sedikit itu untuk menanyakan kegunaan resep, obat dan keganjilan-keganjilan dalam ilmu kedokteran dan meninggalkan kepentingannya yang mendesak untuk memperoleh pengobatan.
Orang yang semacam itu adalah bodoh sekali.

Perumpamaan orang yang berpaling dari ‘Ilmu amal dan sibuk dengan perdebatan.


Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata : "Ajarilah hamba ilmu yang ganjil-ganjil!".

Maka menjawab Nabi saw. : "Apakah yang engkau perbuat mengenai pokok pengetahuan ?".
Bertanya orang itu:"Yang manakah pokok pengetahuan itu?". Menjawab Nabi saw.:
هل عرفت الرب تعالى "Kenalkah engkau akan Tuhan?". قال نعم "Kenal", menjawab orang itu.
"Apakah yang engkau perbuat tentang hak Allah Ta'ala?". "Masya Allah banyak!',' jawab orang itu. "Kenalkah engkau akan mati? tanya Nabi saw. "Kenal, ya Rasulullah!' jawabnya.
"Apakah yang engkau sediakan untuk mati?' tanya Nabi saw, lagi. "Masya Allah banyak! jawabnya.
Kemudian, maka bersabda Nabi saw. : إذهب فأحكم ما هناك ثم تعال نعلمك من غرائب العلم "Pergilah, kemudian kuat-kanlah apa yang ada di Sana! Sudah itu datanglah ke mari, akan kami ajarkan engkau ilmu yang ganjil-ganjil!".
(H R Ibnu Sinni, Abu Nu’aim dan Ibnu Abdil Barr)
Tetapi sewajarnyalah hendaknya, pelajar itu sejenis dengan apa yang diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm - murid dari Syaqiq AI-Balakhi ra. Bahwa Syaqiq bertanya kepada Hatim "Sejak kapan engkau bersama aku?".
Menjawab Hatim : "Sejak tiga puluh tiga tahun!".

Bertanya lagi Syaqiq : "Apakah yang engkau pelajari padaku selama itu?".
Menjawab Hatim : "Delapan masalah!".

Berkata Syaqiq dengan terperanjat : إنا لله وإنا إليه راجعون "Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun! Terbuanglah saja umurku bersamamu. Dan engkau tidak pelajari kecuali delapan masalah saja".
Menyela Hatim : "Wahai guruku! Aku tidak pelajari yang lain dan aku tidak ingin berdusta".

Maka menyambung Syaqiq : "Terangkanlah masalah yang delapan itu supaya aku dengar!".
Berkata Hatim : "Aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mempunyai kekasih dan ingin bersama dengan kekasihnya sampai ke kubur. Maka apabila telah sampai ke kubur, niscaya ia berpisah dengan kekasih itu.
Maka ak
u menjadi kebikan bagi  kekasihku. Maka apabila aku masuk kubur, masuk pulalah kekasihku bersama aku".
Maka berkata Syaqiq : "Benar sekali, ya Hatim! Dan yang kedua?'. Menyambung Hatim : "Aku perhatikan firman Allah Ta'ala :
(Wa ammaa man khaafa maqaama rabbihii wa nahannafsa 'anil hawaa fainnal jannata hiyal ma'waa)
Artinya :"Dan adapun orang yang takut dihadapan kebesaran Tuhannya dan menahan jiwanya dari keinginan yang rendah (hawa nafsu), maka sesungguhnya taman (sorga) tempat kediamannya".(An-Nazi'at 40  41).

Maka yakinlah
saya bahwa firman Allah Ta'ala itu benar. Lalu aku
perjuangkan diriku menolak hawa nafsu itu, sehingga tetaplah aku ta'at kepada Allah Ta'ala.
Yang ketiga, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat, bahwa tiap-tiap orang yang ada padanya sesuatu benda, menghargai, mehilai dan memeliharai benda itu. Kemudian aku perhatikan firman Allah Ta'ala :
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
(Maa 'indakum yanfadu wa maa'indallaahi baaq).
Artinya :"Apa yang di sisi kamu itu akan hilang tetapi apa yang ditisi Allah
itulah yang kekal".(An-Nahl 96).

Maka tiap kali jatuh ke dalam tanganku sesuatu yang berharga dan bernilai, lalu kuhadapkan dia kepada Allah, semoga kekal dia ter-pelihara pada sisiNya.
Yang keempat, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka kembali kepada harta, kebangsawan-an, kemuliaan dan keturunan. Lalu aku memandang pada semuanya itu, tiba-tiba tampaknya tak ada apa-apa. Kemudian aku perhatikan firman Allah Ta'ala :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
(Inna akramakum 'indallaahi atqaakum).
Artinya :"Yang termulia dari kamu pada sisi Allah ialah yang kuat taqwanya (baktinya)"
(Al-Hujurat13).

Maka berbuat taqwalah aku, sehingga adalah aku menjadi orang mulia di sisi Allah.
Yang kelima, aku memandang kepada makhluk ini, di mana mereka itu tusuk-menusuk satu sama Iain, kutuk-mengutuk satu sama lain. Dan asal ini semuanya, ialah dengki


Kemudian aku perhatikan firman Allah Ta'ala :
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
(Nahnu qasamnaa bainahum ma'iisyatahum fil hayaatid-dunya).
Artinya:"Kamilah yang membagi-bagikan penghidupan diantara mereka dalam kehidupan di dunia ini".(Az-Zukhruf 32).

Maka aku tinggalkan dengki itu. Dan aku jauhkan diri dari orang banyak. Dan aku tahu bahwa pembahagian rezeki itu, adalah dari sisi Allah Ta'ala. Maka aku tinggalkan permusuhan orang banyak kepadaku.
Yang keenam, aku memandang kepada makhluk ini, berbuat kedurhakaan satu sama lain dan berperang satu sama lain.

Maka kembalilah aku kepada firman Allah Ta'ala :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ

 فَاتَّ
خِ
ذُوهُ عَدُوًّا
(Innasy-syaithaana lakum 'aduwwun fattakhidzuuhuAduwwaa).
Artinya :"
Sesungguhnya setan itu musuh kamu. Sebab itu perlakukanlph dia sebagai musuh!".
( Al-Fathir 6).

Maka aku pandang setan itu musuhku satu-satunya dan dengan sungguh-sungguh aku berhati-hati dari padanya, karena Allah Ta'ala,
mengaku bahwa setan itu musuhku. Dan aku tinggalkan permusuhan makhluk dengan lainnya.

Yang ketujuh, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka mencari sepotong dari dunia ini. Lalu ia menghinakan diri padanya dan ia masuk pada yang tidak halal dari padanya. Kemudian aku perhatikan firman Allah Ta'ala :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
(Wa maa min daabbatin fil-ardli illaa 'alallaahi rizquhaa).
Artinya :
"Dan tidak adalah dari yang merangkak di bumi ini melainkan rezekinya pada Allah
(Hud 6).
Maka tahulah aku bahwa aku ini salah satu dari yang merangkak-rangkak, yang rezekinya pada Allah Ta'ala. Dari itu aku kerjakan apa yang menjadi hak Allah atasku dan aku tinggalkan yang menjadi hakku pada sisi-Nya."

Yang ke delapan, aku memandang kepada makhluk ini, maka aku melihat masing-masing mereka bersandar kepada makhluk. Yang ini kepada bendanya, yang itu kepada perniagaannya, yang itu kepada perusahaannya dan yang itu lagi kepada kesehatan badannya. Dan masing-masing makhluk itu bersandar kepada makhluk, yang seperti dia.

Lalu aku kembali kepada firman Allah Ta'ala :
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
(Wa man yatawak-kal 'alallaahi fahuwa hasbuh).
Artinya :
"Dan barangsiapa menyandarkan dirinya kepada Allah, maka Allah mencukupkan keperluannya(S. Ath-Thalaq, ayat 3).
Maka akupun menyandarkan diriku (bertawakkal) kepada Allah Ta 'ala. Dan Allah Ta'ala mencukupkan keperluanku".


___________________000000____________________




Halaman 208

Sumber Ihyah Ulumiddin dari Halaman 182 sampai Halaman 208
Wallahu'alam
Barakallahu Fikum 
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
 


 Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim

Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly   1 Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu. Bismillahirrahmanirrahim Allahummashalli 'al...