Cari Blog Ini

Rabu, 18 Juni 2014

Niat













Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.

Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
 





“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”

 

 NIAT

Semua Amal akan Hancur jika sudah terkotori oleh Virus 'RIYA'



Amalan Ikhlas Itu penuh dengan Tantangan dan Perjuangan

Agar amaliah kita tidak mudah di bengkokan oleh bisikan setan Qorin (setan wujud dan setan gho'ib) landasilah dengan peningkatan wawasan mutu Ilmu Pengetahuan tentang ad-dien dengan dibarengi implementasi diri kedalam setiap wujud tindakan nyata

Awali dengan Meluruskan Niat

Niat itu tidak harus di ucapkan kedalam bahasa Verbal (Lisan), Niat (Tekad nyata) cukup hanya di gulirkan didalam lubuk hati berbarengan dengan implementasi, untuk itu mari luruskanlah niatnya,

السلام علبكم ورحمةالله وبركاته

"Assalamu’alaikum wa-Rohmatullahi wa-Barokaatuh

"Peace , mercy and blessings of God"

"Semoga kesejahteraan (keselamatan) dilimpahkan kepada anda sekalian, juga rahmat "Allah serta barakah-Nya”.

بِسْـــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Dengan  Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Segala Puji Bagi Allah Rabb semesta Alam


"Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, keluarganya dan para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa setia (dalam sunnah) sampai dengan akhir jaman.... Aamiin "Amma ba'du,



Niat,

Beliau Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
"Innamal A'maalu Binniyaat Wa-Innamaa Likullimri-in Maa Nauwaa."
Artinya,

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkan." [HR. al-Bukhari, Muslim dan lian-lain. Lihat al-Irwaa’ no.22]

Secara bahasa niat berarti maksud dan tujuan. Kata niat juga diartikan sebagai ‘azm (kemauan keras). Penulis kitab Mishbahul Munir mengatakan: “Kata niat dartikan secara umum dengan kemauan hati untuk melakukan suatu perkara”. (Qawaid Wa Fawaid Min Al Arbain An Nawawiyyah, Hal. 29)




Dari "Al Qodhi Abu Ar Rabi Sulaiman Ibnu As Syafi’i, ia berkata:
ﺍﻟﺠﻬﺮ ﺑﺎﻟﻨّﻴﺔ ﻭﺑﺎﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺧﻠﻒ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨّﺔ، ﺑﻞ ﻣﻜﺮﻭﻩ، ﻓﺈﻥ ﺣﺼﻞ ﺑﻪ ﺗﺸﻮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺼﻠّﻴﻦ ﻓﺤﺮﺍﻡ، ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺑﺈﻥ ﺍﻟﺠﻬﺮ ﺑﻠﻔﻆ ﺍﻟﻨﻴّﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨّﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺨﻄﺊ، ﻭﻻ ﻳﺤﻞّ ﻟﻪ ﻭﻻ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﺩﻳﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ

“Mengeraskan bacaan niat atau mengeraskan bacaan Qur’an di belakang imam, bukan termasuk sunnah. Bahkan makruh hukumnya.

-Jika membuat berisik jama’ah yang lain, maka haram.

- Yang berpendapat bahwa mengeraskan niat itu hukumnya sunnah, itu salah.

- Tidak halal baginya atau bagi yang lain berbicara tentang agama Allah Ta’ala tanpa ilmu (dalil)”

Dan Juga dari,
"Abu Abdillah Muhammad bin Al Qasim At Tunisi Al Maliki, ia berkata:

ﺍﻟﻨﻴّﺔ ﻣﻦ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ، ﻓﺎﻟﺠﻬﺮ ﺑﻬﺎ ﺑﺪﻋﺔ، ﻣﻊ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺸﻮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ

“Niat itu termasuk amalan hati. Mengeraskannya bid’ah. Lebih lagi jika perbuatan itu membuat berisik orang lain”

Dan juga dari,
" Asy Syaikh ‘Alauddin bin ‘Athar, ia berkata:

ﻭﺭﻓﻊ ﺍﻟﺼّﻮﺕ ﺑﺎﻟﻨﻴّﺔ ﻣﻊ ﺍﻟﺘﺸﻮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺼﻠّﻴﻦ ﺣﺮﺍﻡ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎً، ﻭﻣﻊ ﻋﺪﻣﻪ ﺑﺪﻋﺔ ﻗﺒﻴﺤﺔ، ﻓﺈﻥ ﻗﺼﺪ ﺑﻪ ﺍﻟﺮّﻳﺎﺀ ﻛﺎﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎً ﻣﻦ ﻭﺟﻬﻴﻦ، ﻛﺒﻴﺮﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺒﺎﺋﺮ، ﻭﺍﻟﻤﻨْﻜِﺮُ ﻋﻠﻰ ﻣَﻦْ ﻗﺎﻝ ﺑﺄﻥ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨّﺔ ﻣﺼﻴﺐ، ﻭﻣﺼﻮّﺑﺔ ﻣﺨﻄﺊ، ﻭﻧﺴﺒﺘﻪ ﺇﻟﻲ ﺩﻳﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩﺍً ﻛﻔﺮ، ﻭﻏﻴﺮ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩ ﻣﻌﺼﻴﺔ . ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺆﻣﻦ ﺗﻤﻜَّﻦ ﻣِﻦ ﺯﺟﺮﻩ، ﻭﻣﻨﻌﻪ ﻭﺭﺩﻋﻪ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻘﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻨﻘﻞ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ، ﻭﻻﻋﻦ ﺃﺣﺪٍ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ، ﻭﻻ ﻋﻦ ﺃﺣﺪ ﻣﻤﻦ ﻳﻘﺘﺪﻯ ﺑﻪ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻹﺳﻼﻡ

“Meninggikan suara untuk membaca niat sehingga membuat berisik di antara jama’ah hukumnya haram secara ijma’ (consensus para ulama).

- Jika tidak membuat berisik, ia adalah perbuatan bid’ah yang jelek.

-Jika ia melakukan hal tersebut dalam rangka riya, maka haramnya ganda. Ia juga merupakan dosa besar.

- Yang mengingkari bahwa perbuatan ini adalah sunnah, ia berbuat benar.

- Yang membenarkan bahwa perbuatan ini adalah sunnah, ia salah.

- Menisbatkan perbuatan ini pada agama Allah adalah keyakinan yang kufur.

- Jika tidak sampai meyakini hal tersebut, maka termasuk maksiat.

- Setiap muslim wajib dengan serius mewaspadai perbuatan ini, melarangnya dan membantahnya.

- Tidak ada satupun riwayat
dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentang hal ini, tidak pula dari satupun sahabatnya, tidak pula dari para ulama Islam yang meneladani mereka”. (Semua nukilan di atas dapat ditemukan di Majmu’ah Ar Rasail Al Kubra, 1/254-257)

, melafalkan niat secara sirr (samar) tidak wajib menurut para imam madzhab yang empat juga para imam yang lain. Tidak ada seorang pun yang berpendapat hal itu wajib.
Baik dalam shalat, thaharah ataupun puasa.

Abu Daud pernah bertanya kepada Imam Ahmad:

ﺑﻘﻮﻝ ﺍﻟﻤﺼﻠّﻲ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﺷﻴﺌﺎً؟ ﻗﺎﻝ: ﻻ

“Apakah orang yang shalat mengucapkan sesuatu sebelum takbir?

"Imam Ahmad menjawab:
tidak ada” (Masa-il Al Imam Ahmad, 31)

Imam "As Suyuthi berkata,

ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺃﻳﻀﺎً: ﺍﻟﻮﺳﻮﺳﺔ ﻓﻲ ﻧﻴّﺔ ﺍﻟﺼّﻼﺓ، ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻭﻻ ﺃﺻﺤﺎﺑﺔ، ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻻ ﻳﻨﻄﻘﻮﻥ ﺑﺸﻲﺀ ﻣﻦ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺴﻮﻯ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ. ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻟﻘﺪ ﻛﺎﻥ ﻟﻜﻢ ﻓﻲ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺃُﺳﻮﺓ ﺣﺴﻨﺔ

“Termasuk bid’ah, was-was dalam niat shalat. Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat beliau tidak pernah begitu. Mereka tidak pernah sedikitpun mengucapkan lafal niat shalat selain takbir.

Sebagaimana diungkap oleh "Allah Ta'Ala didalam firman-Nya,
ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍﻵْﺧِﺮَ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ
"Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatul-limank-kaana yarjuullooha wal-yaumal-aakhiro wadzakarollooha katsiiro."

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." [Qur'an Surat 33. Al Ahzab: 21].

"Imam Asy Syafi’i berkata,

ﺍﻟﻮﺳﻮﺳﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻣﻦ ﺟﻬﻞ ﺑﺎﻟﺸﺮﻉ ﺃﻭ ﺧﺒﻞ ﺑﺎﻟﻌﻘﻞ

“Was-was dalam niat shalat dan thaharah itu adalah kebodohan terhadap syariat atau kekurang-warasan dalam akal” ( Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida’, 28)

Melafalkan niat itu menimbulkan banyak efek negatif. Anda lihat sendiri orang yang melafalkan niat dengan jelas dan rinci, lalu baru mencoba bertakbir. Ia menyangka pelafalan niatnya itu adalah usaha untuk menghadirkan niat.

"Ibnu Jauzi berkata:

ﻭﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺗﻠﺒﻴﺴﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓِﻲ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺼﻼﺓ ، ﻓﻤﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳَﻘُﻮﻝ : ﺃﺻﻠﻰ ﺻﻼﺓ ﻛﺬﺍ ، ﺛﻢ ﻳﻌﻴﺪ ﻫَﺬَﺍ ﻇﻨﺎ ﻣِﻨْﻪُ ﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﻧﻘﺾ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﻨﻴﺔ ﻻ ﺗﻨﻘﺾ ، ﻭﺃﻥ ﻟﻢ ﻳﺮﺽ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﻜﺒﺮ ، ﺛﻢ ﻳﻨﻘﺾ ﺛﻢ ﻳﻜﺒﺮ ﺛﻢ ﻳﻨﻘﺾ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺭﻛﻊ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻛﺒﺮ ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﺱ ﻭﺭﻛﻊ ﻣﻌﻪ ﻓﻠﻴﺖ ﺷﻌﺮﻱ ﻣَﺎ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺣﻀﺮ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﺣﻴﻨﺌﺬ ، ﻭﻣﺎ ﺫﺍﻙ ﺇﻻ ﻷﻥ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﺃﺭﺍﺩ ﺃﻥ ﻳﻔﻮﺗﻪ ﺍﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﺳﻴﻦ ﻣﻦ ﻳﺤﻠﻒ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻻ ﻛﺒﺮﺕ ﻏﻴﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺮﺓ ، ﻭﻓﻴﻬﻢ ﻣﻦ ﻳﺤﻠﻒ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺑﺎﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﻣﺎﻟﻪ ﺃَﻭْ ﺑﺎﻟﻄﻼﻕ ، ﻭﻫﺬﻩ ﻛﻠﻬﺎ ﺗﻠﺒﻴﺴﺎﺕ ﺇﺑﻠﻴﺲ ، ﻭﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺳﻤﺤﺔ ﺳﻬﻠﺔ ﺳﻠﻴﻤﺔ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻓﺎﺕ ، ﻭﻣﺎ ﺟﺮﻯ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻭﻻ ﻷﺻﺤﺎﺑﺔ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﻫَﺬَﺍ

“Di antara bisikan Iblis yaitu dalam niat shalat. Di antara mereka ada yang berkata:

"Ushalli shalata kadza (saya berniat shalat ini dan itu), lalu diulang-ulang lagi karena ia menyangka niatnya batal.

- Padahal niat itu tidak batal walaupun tidak diucapkan.

- Ada juga yang bertakbir, lalu tidak jadi, lalu takbir lagi, lalu tidak jadi lagi.

- Tapi ketika imam keburu ruku’, ia serta-merta bertakbir walaupun agak was-was demi mendapatkan ruku bersama imam.

...Mengapa begini??

- Lalu niat apa yang ia hadirkan ketika itu??

- Tidaklah ini terjadi kecuali karena iblis ingin membuat dia melewatkan berbagai keutamaan.

- Diantara mereka juga ada yang besumpah atas nama Allah untuk bertakbir lebih dari sekali. Ada juga yang bersumpah dengan nama Allah untuk mengeluarkan harta mereka atau dengan talak.

- Semua ini adalah bisikan iblis. Syariat Islam yang mudah dan lapang ini selamat dari semua penyakit ini.

- Tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam tidak juga para sahabatnya melakukan hal demikian” [Talbis (Tipu daya) Iblis, 138]


Penyebab timbulnya was-was adalah karena niat terkadang hadir di hati si orang ini dengan keyakinan bahwa niat itu tidak ada di hatinya.
Maka ia pun berusaha menghadirkannya dengan lisannya. Sehingga terjadi apa yang terjadi.

"Abu Abdillah Az Zubairi, ulama Syafi’iyah, telah salah dalam memahami perkataan Imam Asy Syafi’i rahimahullahu ta’ala yaitu ketika menyimpulkan bahwa wajib melafalkan niat dalam shalat dari perkataan beliau. Ini disebabkan oleh buruknya pemahaman terhadap ungkapan imam Asy Syafi’i
berikut:

ﺇﺫﺍ ﻧﻮﻯ ﺣﺠّﺎً ﻭﻋﻤﺮﺓ ﺃﺟﺰﺃ، ﻭﺇﻥْ ﻟﻢ ﻳﺘﻠﻔّﻆ ﻭﻟﻴﺲ ﻛﺎﻟﺼّﻼﺓ ﻻ ﺗﺼﺢ ﺇﻻ ﺑﺎﻟﻨّﻄﻖ

“Jika seseorang berniat haji atau umrah maka itu sah walaupun tidak diucapkan. Berbeda dengan shalat, shalat tidak sah kecuali dengan pengucapan”

"Imam An Nawawi berkata:

ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ: ﻏﻠﻂ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺎﺋﻞ، ﻭﻟﻴﺲ ﻣﺮﺍﺩ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺑﺎﻟﻨّﻄﻖ ﻓﻲ ﺍﻟﺼّﻼﺓ ﻫﺬﺍ، ﺑﻞ ﻣﺮﺍﺩﻩ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ

“Para ulama madzhab kami berkata, yang berkata demikian telah salah. Bukanlah maksud "Imam Asy Syafi’i" itu melafalkan niat dalam shalat, namun maksudnya adalah > "TAKBIR” ( Al Majmu’ , 3/243)



"Imam Ibnu Abil Izz Al Hanafi berkata:
ﻟﻢ ﻳﻘﻞ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ، ﻻ ﺍﻟﺸّﺎﻓﻌﻲّ ﻭﻻ ﻏﻴﺮﻩ ﺑﺎﺷﺘﺮﺍﻁ ﺍﻟﺘﻠﻔّﻆ ﺑﺎﻟﻨﻴّﺔ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻨﻴّﺔ ﻣﺤﻠّﻬﺎ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺑﺎﺗّﻔﺎﻗﻬﻢ، ﺇﻻ ﺃﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﺃﻭﺟﺐ ﺍﻟﺘﻠﻔّﻆ ﺑﻬﺎ، ﻭﺧﺮﺝ ﻭﺟﻬﺎً ﻓﻲ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ! ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ: ﻭﻫﻮ ﻏﻠﻂ، ﺍﻧﺘﻬﻰ. ﻭﻫﻮ ﻣﺴﺒﻮﻕ ﺑﺎﻹﺟﻤﺎﻉ ﻗﺒﻠﻪ

“Tidak ada seorang imam pun, baik itu "Asy Syafi’i" atau selain beliau, yang mensyaratkan pelafalan niat. Niat itu tempatnya di hati berdasarkan kesepakatan mereka (para imam). Hanya segelintir orang-orang belakangan saja yang mewajibkan pelafalan niat dan berdalih dengan salah satu pendapat dari madzhab Syafi’i.
...padahal "Imam An Nawawi rahimahullah berkata itu sebuah kesalahan. Selain itu, sudah ada ijma dalam masalah ini” ( Al Ittiba’ , 62)

" Imam Ibnul Qayyim berkata:

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya ketika memulai shalat beliau mengucapkan : "Allohu Akbar" [ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ] dan tidak mengucapkan apa-apa sebelumnya.

- Beliau Shallallahu'alaihi wasallam juga tidak pernah sama sekali melafalkan niat.

- Beliau Shallallahu'alaihi wasallam tidak pernah mengucapkan "Ushallli lillah shalata kadza mustaqbilal qiblah arba’a raka’atin imaaman atau ma’muuman (saya meniatkan shalat ini untuk Allah, menghadap qiblat, empat raka’at, sebagai imam atau sebagai makmum).

- Beliau Shallallahu'alaihi wasallam juga tidak pernah mengucapkan > "ada-an" atau "qodho-an" juga tidak pernah mengucapkan > "fardhol waqti" . Ini semua adalah bid’ah!

- Dan sama sekali tidak ada satu pun riwayat yang memuat ucapan demikian, baik riwayat yang shahih, maupun yang dhaif, musnad, ataupun mursal. Juga tidak ada dari para sahabat. Juga tidak ada istihsan dari seorang tabi’in pun, atau dari ulama madzhab yang empat.

- Ucapan demikian hanya berasal dari orang-orang belakangan yang menyalah gunakan perkataan imam "Asy Syafi’i" tentang shalat:

ﺇﻧﻬﺎ ﻟﻴﺴﺖ ﻛﺎﻟﺼّﻴﺎﻡ ﻭﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺣﺪُ ﺇﻻ ﺑﺬﻛﺮ
‘Shalat itu tidak seperti puasa, memulainya harus dengan dzikir’

- Mereka menyangka bahwa dzikir di sini adalah melafalkan niat?

- Padahal yang dimaksud oleh imam "Asy Syafi’i" adalah > "TAKBIRATUL IHROM" Tidak mungkin tidak. Bagaimana mungkin Asy Syafi’i menganjurkan hal yang tidak pernah sekalipun dilakukan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wa sallam dalam shalat?

- Juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabatnya juga para khalifah !!

Demikianlah petunjuk dan kebiasaan mereka. Andai kita
menemukan satu huruf saja dari mereka, maka tentu akan kita terima. Bahkan kita terima dengan lapang dada.

Karena tidak ada petunjuk yang paling sempurna selain dari mereka. Dan tidak ada sunnah kecuali apa yang datang dari sang pembawa syari’at, Nabi Shalallahu’alaihi
Wasallam” ( Zaadul Ma’ad ,1/201)





Melafalkan Niat Bertentangan Dengan Dalil Ringkasnya, para ulama dari berbagai negeri dan berbagai generasi telah menyatakan bahwa melafalkan niat itu bid’ah.

- Pendapat yang menyatakan bahwa perbuatan tersebut disunnahkan adalah pendapat yang salah, tidak sesuai dengan pendapat Imam Asy Syafi’i dan tidak sesuai dengan dalil-dalil sunnah nabawi,

Diantaranya riwayat dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha , ia berkata:
ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻳﺴﺘﻔﺘﺢ ﺍﻟﺼَّﻼﺓ ﺑﺎﻟﺘّﻜﺒﻴﺮ

“ Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memulai shalatnya dengan takbir” (HR. Muslim,no.498)


Dan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu , bahwa Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam terhadap orang yang shalatnya jelek, ketika orang tersebut berkata: ‘kalau begitu ajarkan saya shalat yang benar‘, beliau bersabda:

ﺇﺫﺍ ﻗﻤﺖ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺼّﻼﺓ ﻓﺄﺳﺒﻎ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ، ﺛﻢ ﺍﺳﺘﻘﺒﻞ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ، ﻓﻜﺒّﺮ، ﺛﻢ ﺍﻗﺮﺃ ﺑﻤﺎ ﺗﻴﺴﺮ ﻣﻌﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
“Jika engkau berdiri untuk shalat, maka sempurnakanlah wudhu,

- lalu menghadap kiblat.
- Lalu bertakbirlah,
- lalu bacalah ayat Qur’an yang mudah bagimu”

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhuma ia berkata:

ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﻨَّﺒﻲَّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺍﻓﺘﺘﺢ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ، ﻓﺮﻓﻊ ﻳﺪﻳﻪ

“ Aku melihat Nabi Shallallahu’alahi Wasallam memulai shalatnya dengan takbir, lalu mengangkat kedua tangannya ” (HR. Bukhari no.738)

Nash-nash ini dan juga yang lain yang begitu banyak dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menunjukan bahwa memulai shalat adalah dengan takbir dan tidak mengucapkan apapun sebelumnya.

Hal itu juga dikuatkan dengan ijma para ulama bahwa :

ﺇﺫﺍ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺍﻟﻘﻠﺐ، ﻓﺎﻟﻌﺒﺮﺓ ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ

“ Jika ucapan lisan berbeda dengan apa yang ada di hati, maka yang dianggap adalah apa yang ada di hati”

- Jika demikian, lalu apa faidahnya mengucapkan niat?

- Jika telah sepakat dan diyakini secara pasti bahwa apa yang diucapkan itu tidak ada gunanya jika bertentangan dengan apa yang ada di dalam hati.

- Lalu hal ini pun menunjukkan adanya
kegoncangan dalam pendapat orang yang mewajibkan menggandengan niat dengan takbiratul ihram dan mewajibkan atau menganjurkan niatnya dilafalkan.

- Bagaimana bisa melafalkan niat ketika lisan seseorang sibuk mengucapkan takbir?

Dalam hal ini Ibnu Abil Izz Al Hanafi berkata: “Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:

ﻻﻳﺠﻮﺯ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺍﻟﺬّﻛﺮ ﺍﻟﻠﺴﺎﻧﻲ ﻣﻘﺎﺭﻧﺎً ﻟﻠﻘﻠﺒﻲ. ﻭﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻨّﺎﺱ ﻋﺎﺟﺰﻭﻥ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻋﺘﺮﺍﻓﻬﻢ . ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﺪّﻋﻲ ﺍﻟﻤﻘﺎﺭﻧﺔ، ﻳﺪّﻋﻲ ﻣﺎ ﻳﺮﺩّﻩ ﺻﺮﻳﺢ ﺍﻟﻌﻘﻞ . ﻭﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺗﺮﺟﻤﺎﻥ ﻣﺎ ﻳﺤﻀﺮ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ، ﻭﺍﻟﻤﺘﺮﺟﻢ ﻋﻨﻪ ﺳﺎﺑﻖ ﻗﻄﻌﺎً ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﺍﻟﻤﻠﻔﻮﻅ ﺑﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻴّﺔ، ﻣﻨﻄﺒﻘﺔ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﺰّﻣﺎﻥ، ﻭﻫﻲ ﻣﻨﻘﻀﻴﺔ ﻣﻨﺼﺮﻣﺔ، ﻻ ﺗﺘﺼﻮﺭ ﺍﻟﻤﻘﺎﺭﻧﺔ ﺑﻴﻦ ﺃﻧﻔﺴﻬﺎ، ﻓﻜﻴﻒ ﺗﺘﺼﻮﺭ ﻣﻘﺎﺭﻧﺘﻬﺎ ﻟﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺒﻠﻬﺎ؟!)

“Tidak boleh melakukan perbuatan yang ucapan lisannya berbeda dengan ucapan hatinya secara bersamaan. Dan kebanyakan manusia mengakui mereka tidak bisa melakukan hal itu.

- Orang yang mengaku bisa melakukannya pun, ia telah mengakui hal yang ditolak oleh akal sehat.

- Karena lisan itu penerjemah apa yang hadir di dalam hati.

- Dan sesuatu yang diterjemahkan itu pasti ada lebih dahulu, karena setiap huruf yang diucapkan itu pasti dilandasi dengan niat.
Demikian seterusnya hingga selesai.

- Yang setelahnya adalah kelaziman dari sebelumnya. Tidak tergambar menggandengkan keduanya jika bersamaan, lalu bagaimana lagi menggabungkan sesuatu yang ada sebelumnya?”

Maraji-Referensi:
Al Qaulul Mubin Fii Akhta-il Mushallin , karya Syaikh Masyhur Hasan Salman, Dar Ibnul Qayyim, hal. 91-96.


Mengutip firman Allah, yang berbunyi,

سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Sami'naa waatho'naa ghufroonaka robbanaa wailaikal mashiir-u."

"Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". [QS. 2.Al-Baqarah : 285]

سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
"Sami'naa wa-atho'naa waattaquullooha innallooha 'aliimun bidzaatish-shuduur-i."

"Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu)."[QS.5.Al-Maa'idah : 7]

ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴﻞُ
"Hasbunalloohu wani'mal wakiil-u"

"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." [Qur'an Surat. 3 Ali-Imran : 173]

ﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟَﻰٰ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴﺮُ
"Ni'mal maulaa wani'man-nashiir-u"

Dia (Allah) adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." [Qur'an Surat. 8 Al-Anfal : 40] )
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

,
ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺀُ ﻻَ ﻳَﺄْﺗِﻰ ﺇِﻻَّ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ

"Al-hayaa-u laa ya-tii illa bikhoir."

“Rasa malu tidaklah datang kecuali membawa
kebaikan. ” [HR.Bukhari no.6117 dan Muslim no]

"Imam Asy Syafi’i mengatakan,

“Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya.
Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.” [Lihat Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas , Sayyid bin Husain Al ‘Afaniy, hal.230-232,Darul ‘Afani, cetakan pertama, 1421H]

Sebagai Penutup,
Ada Redaksi lengkap Sayyidul Istighfar haditsnya sebagai berikut:
ﻋَﻦْ ﺷَﺪَّﺍﺩِ ﺑْﻦِ ﺃَﻭْﺱٍ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: “ ﺳَﻴِّﺪُ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭِ:
“ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺑِّﻲ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻠَﻘْﺘَﻨِﻲ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪُﻙَ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻬْﺪِﻙَ ﻭَﻭَﻋْﺪِﻙَ ﻣَﺎ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺖُ ﺃَﺑُﻮﺀُ ﻟَﻚَ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻚَ ﻋَﻠَﻲَّ ﻭَﺃَﺑُﻮﺀُ ﻟَﻚَ ﺑِﺬَﻧْﺒِﻲ ﻓَﺎﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺷَﺮِّ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻌْﺖُ” ﺇِﺫَﺍ ﻗَﺎﻝَ ﺣِﻴﻦَ ﻳُﻤْﺴِﻲ ﻓَﻤَﺎﺕَ ﺩَﺧَﻞَ
ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺃَﻭْ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ, ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗَﺎﻝَ ﺣِﻴﻦَ ﻳُﺼْﺒِﺢُ ﻓَﻤَﺎﺕَ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻣِﻪِ ﻣِﺜْﻠَﻪُ ”.

"Dari Syaddad bin Aus, bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Istighfar yang paling istimewa adalah:

“Allôhumma anta robbî lâ ilâha illâ anta kholaqtanî wa anâ ‘abduka wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, abû’u laka bini’matika ‘alayya wa abû’u laka bidzanbî, faghfirlî fa innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta, a’ûdzubika min syarri mâ shona’tu”


Artinya:
"Ya Allah, Engkaulah Rabbku tidak ada yang berhak disembah melainkan diriMu. Engkau telah menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu dan aku akan setia di atas perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku mengakui nikmat-Mu untukku dan aku mengkaui dosaku. Maka ampunilah diriku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa melainkan diri-Mu. Aku memohon perlindungan dari-Mu dari keburukan perbuatanku)."








" Andaikan seorang hamba mengucapkannya di sore hari kemudian ia mati maka akan masuk surga atau akan termasuk penghuni surga. Dan jika ia mengucapkannya di pagi hari lalu meninggal maka ia akan mendapatkan ganjaran serupa




Wallahu'alam
Barakallahu Fikum 




Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu 
 
 

 Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim

Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly   1 Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu. Bismillahirrahmanirrahim Allahummashalli 'al...