Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min
syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa
mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha
illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
Apa Itu Kebenaran
Persoalan kebenaran ini muncul, karena diantara pengetahuan manusia ada yang mengandung dualisme yaitu kebenaran dan kesalahan.
Karena pengetahuan disusun berdasarkan subjek dan objek, maka nilai
kebenaran juga diukur melalui validitas subjek dan objek tersebut.
Artinya, apa yang menjamin bahwa subjek telah menangkap dgn benar objek
pengetahuan?
Dari persoalan mendasar di atas, kita dapat menurunkan makna kebenaran yang sesungguhnya dalam konteks pengetahuan: Kebenaran adalah kesesuaian proposisi rasional (akal/subjek) atau forma mental dengan realitas (objek eksternal).
ADAKAH KEBENARAN ITU..??
Jika kita cermati, kebenaran merupakan sifat kemestian bagi pengetahuan. Artinya, kita disebut “tahu” atau “mengetahui” jika
kita memperoleh kebenaran.., jika kita tidak memperoleh kebenaran dan
kita jatuh pada kesalahan.. itu berarti, kita tidak tahu apa-apa… alias
jahil (bodoh).
Dalam pandangan filsafat, kebenaran
adalah eksis (keberadaan nyata) karena bersumber dari keberadaan
(realitas), artinya, salah satu ciri umum dari ‘yang ada’ ialah bahwa
‘yang ada’ itu ‘benar’. Begitu pula ‘yang ada’ dapat dipahami dan jika dihubungkan dengan intelek atau akal, ‘yang ada’ menjelma menjadi kebenaran.
Karena itu, kebenaran merupakan atribut atau sifat dari ‘yang ada’ dalam kaitannya dengan pemahaman. Secara ontologis, sesuatu menjadi semakin sempurna kalau sesuatu itu dimungkinkan untuk diketahui. Hanya yang tiada yang tidak mempunyai hubungan dengan kebenaran.
Jadi, dasar dari kebenaran ialah ‘yang ada’ atau ‘yang bereksistensi’.
Kebenaran
hanya mungkin terjadi kalau sesuatu itu ada, jika sesuatu itu tidak
ada, kita tidak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu benar.
Salah satu hal yang dapat dijadikan dalil tentang kebenaran itu ada dan dapat diperoleh adalah bahwa tidak mungkinnya klaim “kebenaran itu tidak ada” (relatifitas mutlak kebenaran). Sebab klaim ini menentang dirinya sendiri, artinya klaim “tidak adanya kebenaran” menunjukkan “kebenaran itu ada”.
Minimal, kebenaran pernyataannya tersebut, karena jika tidak, maka pernyataannya menjadi tak bermakna.
Adapun tentang masalah kemampuan untuk menggapai kebenaran yang nyata
dan absolut, maka hal itu bukanlah kemustahilan, melainkan kemestian
pengetahuan.
Karena itu ungkapan yang menjelaskan bahwa “tidak ada kebenaran” atau “semua kebenaran itu relatif” adalah ungkapan yang tidak valid. Karena ungkapan itu, diterima atau tidak akan tetap menunjukkan adanya kebenaran absolut.
YAITU
JIKA UNGKAPAN ITU DITERIMA, BERARTI TELAH ADA KEBENARAN MUTLAK, YAKNI
KEBENARAN UNGKAPAN ITU. SEDANGKAN JIKA DITOLAK DAN SALAH, ITU BERARTI
MENUNJUKKAN PEMAHAMAN SEBALIKNYA YAKNI ADANYA KEBENARAN MUTLAK– SEBAGAI
LAWAN DARI KERELATIFAN…!!!
Wallahu'alam
Barakallahu Fikum
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar