Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
“Alhamdulillahi
nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa
waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman
yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa
syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya
ba’da.”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri teladan
yang baik dalam memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di
dunia modern sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Salah satu
teladan yang harus kita contoh adalah metode pendidikan agama yang
diberikan oleh Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu
pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak dari aqidah kaum
muslimin.
Ini merupakan dakwah tauhid, yaitu mengajak orang lain untuk
mengucapkan, menerima dan memahami kalimat tauhid, yaitu Laa Ilaha
Illallah. Kemudian berikutnya, yang kedua adalah ibadah mereka. Serta
yang ketiga adalah akhlak mereka.
Ketiga urutan ini bukanlah pemisahan perkara antara satu
dengan yang lainnya, tetapi bagaimana kita harus mendahulukan yang
paling penting kemudian sebelum hal penting lainnya, dan selanjutnya !.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :
“Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah thaghut”. [An-Nahl : 36].
Rasul yang pertama di antara para rasul yang mulia Nuh
‘Alaihis sallam telah mengajak kepada masalah aqidah hampir seribu
tahun, dan beliau menghabiskan waktunya bahkan seluruh perhatiannya
untuk berda’wah kepada tauhid. Beliau tetap fokus pada dakwah tauhid ini
meskipun kaumnya menolak da’wah beliau sebagaimana telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an. “Artinya : Dan mereka berkata :’Janganlah sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan)
tuhan-tuhan kamu dan jangan pula
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula
Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”. [Nuh : 23].
Ini menunjukkan dengan tegas bahwa sesuatu yang paling
penting untuk di prioritaskan untuk kita pelajari adalah ilmu tauhid.
Dan ini adalah makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allah”. [Muhammad : 19]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda :
“Artinya : Hendaknya hal pertama yang engkau serukan kepada
mereka adalah pesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
kecuali Allah saja, maka jika mereka mentaatimu dalam hal itu ….. dan
seterusnya sampai akhir hadits. [Hadits Shahih diriwayatkan oleh
Al-Bukhari (1395) dan ditempat lainnya, dan Muslim (19), Abu Daud
(1584), At-Tirmidzi (625), semuanya dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu
anhu]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan
para shahabatnya untuk memulai dengan apa yang dimulai oleh beliau
sendiri yaitu da’wah kepada tauhid.
Kebanyakan umat muslim saat ini mengucapkan kalimat tauhid,
Laa Ilaha Illallah, tetapi pada kenyataannya mereka kurang memahami
makna kalimat thayyibah ini. Dan perbedaan ini adalah perbedaan yang
sangat mendasar dengan orang-orang Arab dahulu dimana mereka itu
menyombongkan diri dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika datang seruan Nabi pada mereka untuk mengucapkan Laa Ilaha
Illallah. Karena mereka memahami bahwa makna Laa Ilaha Illallah adalah
bahwa mereka tidak boleh menjadikan tandingan-tandingan (berhala, benda,
urusan atau makhluk lain) disandingkan bersama Allah. Konsekwensi
kalimat thayyibah Laa Ilaha Illallah adalah kita harus berlepas diri
dari semua perkara-perkara dunia dan kesyirikan, karena bertentangan
dengan makna Laa Ilaha Illallah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Ash-Shaffat :
“Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan
kepada mereka : Laa Ilaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata
: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami
karena kami seorang penyair yang gila ?” [Ash-Shaffat : 35-36]
Sedangkan di zaman kini, kebanyakan umat tidak memahami
maknanya namun mudah mengucapkannya di lidah. Sungguh ini suatu cara
beragama yang jauh dari harapan dan teladan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Sungguh, kalimat thayyibah yang ringan di mulut (tapi berat
untuk diamalkan) ini akan menjadi salah satu penyelamat yang utama dalam
perjalanan kita menuju kampung akhirat.
Barakallahu Fikum
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Allahumma Sholi 'alaa Muhammad wa Uma wabarik 'alaihi wasalli, Allahumma sholi 'alaa Muhammad Biadadi Man shola 'alaihi wasali, Allahumma shali 'alaa Muhammad Biadadi Mal lam Anyushola' alaihi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Tuhibbu Anyushola 'Alahi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Amarta Anyyushola 'Alaihi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Yasbagis shalawati 'alaihi wasalli....aminn Ya Wahhab..amin Ya "Alimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar