Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
“Alhamdulillahi
nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa
waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman
yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa
syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya
ba’da.”.
Keutamaan Cinta Akhirat dan Zuhud dalam Kehidupan Dunia
Dari Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu beliau berkata, “Kami
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan
mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah
merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan
mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan
baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan
utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan
kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda)
duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di
hadapannya).” (HR Ibnu Majah, Ahmad, ad-Daarimi, Ibnu Hibban
dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu
Hibban, al-Bushiri dan Syaikh al-Albani).
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan
zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang
yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi (Lihat kitab
at-Targib wat Tarhiib, 4/55 karya Imam al-Mundziri).
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezeki yang telah
Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan
orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya
dengan susah payah lahir dan batin (lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim
dalam kitab Igaatsatul Lahfaan, 1/37). Salah seorang ulama salaf
berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan), maka
hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam
musibah (penderitaan).” (Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab
Igaatsatul Lahfaan, 1/37).
- Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata (dalam kitab Igaatsatul
Lahfaan, 1/37), “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak
akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang
selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang
tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara
berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi
maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang
lebih dari pada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Seandainya seorang
manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas), maka dia pasti
(berambisi) mencari lembah harta yang ketiga.‘” (HR. al-Bukhari).
- Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa.” (HR. al-Bukhari).
- Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah
bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh,
sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki
yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah
(merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
berikan kepadanya.” (HR. Muslim).
- Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan
mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
radhiallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa,
(mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah)
dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi
mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala)
daripada kalian“. Ada yang bertanya, “Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman?” Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat.”
(Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, no. 34550 dan Abu
Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’, 1/136 dengan sanad yang shahih, juga
dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma’aarif, hal. 279).
dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud
Barakallahu Lana Walakum
Wasalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatu
Allahumma Sholi 'alaa Muhammad wa Uma wabarik 'alaihi wasalli, Allahumma sholi 'alaa Muhammad Biadadi Man shola 'alaihi wasali, Allahumma shali 'alaa Muhammad Biadadi Mal lam Anyushola' alaihi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Tuhibbu Anyushola 'Alahi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Amarta Anyyushola 'Alaihi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Yasbagis shalawati 'alaihi wasalli....aminn Ya Wahhab..amin Ya "Alimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar