Cari Blog Ini

Senin, 16 Juni 2014

Merealisasikan Tauhid

  Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.


Bismillahirrahmanirrahim

Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.



“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”.




Merealisasikan Tauhid 

Pembahasan ini merupakan tema yang cukup menarik bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tentunya orang yang beriman ingin membuktikan keimanannya. Dengan demikian dia dinobatkan sebagai seorang mu’min sejati. Tidak ada jalan untuk mewujudkan harapan yang mulia ini melainkan dengan merealisasikan tauhid kepada Pencipta Langit dan Bumi, yakni Allah subhanahu wa ta’ala.



Merealisasikan tauhid secara sempurna adalah dengan membersihkan dan memurnikannya dari campuran syirik besar maupun kecil, baik yang jelas atau tersembunyi. Peribadahan yang dilakukan harus terbebas pula dari kebid’ahan dan dosa besar yang dilakukan dengan terus menerus. Maka seorang yang berkemauan untuk merealisasikan tauhid secara sempurna harus memenuhi kriteria sebagaimana yang diutarakan tadi.



Merealisasikan tauhid artinya menunaikan dua kalimat syahadat dengan sebaik-baiknya. Yang dimaksud yaitu mentauhidkan Allah dalam perkara rububiyah, uluhiyyah, serta nama dan sifat-Nya. Termasuk pula mentauhidkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perkara mengikutinya. Pengertiannya adalah dia tidak mengikuti kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah yang disebut dengan tauhid mutaba’ah.



Seorang yang mengucapkan dua kalimat syahadat hendaknya membersihkan tauhid dari berbagai jenis kesyirikan dan dosa besar yang tidak disertai dengan bertaubat. Ini merupakan bentuk realisasi ucapan tauhid La ilaha ilallah. Di samping itu dia harus berlepas diri dari segala kebid’ahan (urusan agama yang tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam). Ini merupakan bentuk realisasi ucapan tauhid Muhammadur Rasulullah. Maka demikianlah makna merealisasikan tauhid secara sempurna.



Di samping terbebas dari berbagai jenis syirik besar maupun kecil, baik yang jelas atau tersembunyi, seorang yang bertauhid harus terlepas pula dari segala kebid’ahan dan dosa besar yang diperbuat dengan terus menerus tanpa bertaubat. Karena melaksanakan sebuah kebid’ahan berarti mempersekutukan Allah dengan hawa nafsu. Demikian pula makna yang terkandung dalam memperbuat sebuah dosa besar. (Penjelasan ini diterangkan oleh Asy-Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alus-Syaikh di kaset pelajaran Kitabut-Tauhid).

Tingkatan Kemampuan Dalam Merealisasikan Tauhid

Merealisasikan tauhid dapat dibagi menjadi dua tingkatan:





1. Tingkat yang Wajib


Yaitu seseorang merealisasikan tauhid dengan membersihkan dan memurnikannya dari berbagai jenis kesyirikan, kebid’ahan dan dosa besar yang dilakukan dengan terus-menerus. Ini merupakan tingkat yang wajib bagi orang yang ingin merealisasikan tauhid dengan sempurna.



2. Tingkat yang Mustahab


Tingkat ini digapai setelah menunaikan tingkat yang pertama. Oleh sebab itu tingkat ini lebih tinggi derajatnya dari tingkat yang pertama. Seorang yang ingin menduduki tingkat ini harus melepaskan seluruh wujud penghambaan diri, keinginan, dan tujuan yang menghadap kepada selain Allah. Sehingga dirinya tidak menghadap, berkeinginan dan bertujuan untuk selain Allah sedikit pun dan sekecil apapun. Maka hawa nafsu menjadi budaknya, sedangkan dirinya menjadi hamba Allah secara total dan utuh.



Dengan demikian, seorang yang menempati tingkat ini tidak hanya meninggalkan berbagai jenis kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan. Namun dia juga meninggalkan perkara-perkara yang makruh, bahkan sebagian perkara mubah yang dikhawatirkan menggiring kepada perkara harom. 

Inilah y
ang diungkapkan oleh sebagian ulama dengan pernyataan

“Mereka meninggalkan perkara yang tidak mengandung dosa karena khawatir terdapat dosa di dalamnya”.



Tingkatan kedua ini adalah wujud maksimal untuk merealisasikan tauhid secara sempurna dalam meraih derajat yang setingi-tingginya ketika masuk surga. Sedangkan tingkat yang pertama adalah standar untuk masuk surga tanpa adzab dan perhitungan amal.


Tentunya kedua tingkatan di atas memiliki perbedaan pula dalam mengibadahi Allah subhanahu wat’ala. Jika tingkat pertama hanya mengibadahi Allah dengan perkara-perkara yang wajib saja.

Beda halnya dengan tingkat kedua. Pada tingkat ini peribadahan kepada Allah tidak hanya sebatas dalam perkara-perkara yang wajib saja tetapi juga dalam perkara-perkara yang mustahab. Tingkat pertama disebut dengan Al-Muqtasid sedangkan tingkatan kedua disebut dengan As-Saabiq bil Khairot. Wallahu a’lam.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Profil Muwahhid Sejati


Allah berfirman dalam Al-Quranul Karim,

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang berbuat syirik.” (QS. An-Nahl: 120)


Di sini Allah memberitakan tentang profil Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang merealisasikan tauhidnya secara sempurna. Beliau adalah seorang pemimpin dan teladan dalam kebaikan-kebaikan terutama perkara tauhid. Beliau adalah seorang yang tunduk dan patuh kepada Allah dengan terus-menerus dalam seluruh situasi, kondisi dan tempat.


Sifat lain yang beliau miliki yaitu menghadapkan diri kepada Allah dengan sepenuhnya tanpa berpaling sedikit pun kepada yang selain-Nya. Seluruh sifat beliau ini merupakan hakikat penerapan tauhid yang sempurna kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


Pada ayat di atas diterangkan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak termasuk dari golongan orang-orang yang berbuat syirik (musyrikin). Kandungan ayat ini mencakup dua makna:


1. Bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak termasuk dari golongan musyrikin secara fisik. Artinya beliau ‘alaihis salam berlepas diri, tidak bergabung dan berkumpul bersama-sama kaum musyrikin dengan jasadnya.


2. Bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak termasuk dari golongan musyrikin secara sifat dan perilaku. Artinya beliau ‘alaihis salam berlepas diri dan tidak melakukan kesyirikan sama sekali. Demikian pula beliau ‘alaihis salam tidak mengikuti adat kebiasaan kaum musyrikin yang bergelimang dengan kebid’ahan dan kemaksiatan di samping kesyirikan.


Pada ayat di atas dinyatakan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam disebut sebagai satu umat padahal beliau sendirian. Maksudnya agar orang-orang yang menempuh jalan tauhid tidak merasa ngeri karena jumlah penganutnya sedikit.

Selanjutnya beliau ‘alaihis salam dikukuhkan oleh Allah sebagai seorang yang tunduk dan patuh kepada-Nya. Berarti beliau ‘alaihis salam bukan seorang yang tunduk kepada penguasa atau orang kaya yang punya harta dan yang selain mereka. Maka tidak ada yang selain mereka.

Maka tidak ada yang bisa menguasai beliau ‘alaihis salam selain Allah, baik dari golongan para penguasa maupun para orang kaya yang punya harta dan yang selain mereka. Beliau ‘alaihis salam tidak bisa dibelai dengan kekuasaan, harta atau yang selainnya. Karena pendirian beliau ini Allah menyebutnya sebagai seorang yang patuh dan tunduk kepada-Nya.


Berikutnya beliau ‘alaihis salam disifatkan sebagai seorang yang hanif. Maksudnya beliau ‘alaihis salam seorang yang hanya menghadap kepada Allah dan berpaling dari yang selain-Nya tanpa menyimpang ke kanan dan ke kiri. 

Demikianlah Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab menjelaskan tentang sifat-sifat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sebagaimana pada ayat di atas.

Barakallahu Fikum 
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu


Allahumma Sholi 'alaa Muhammad wa Uma wabarik 'alaihi wasalli, Allahumma sholi 'alaa Muhammad Biadadi Man shola 'alaihi wasali, Allahumma shali 'alaa Muhammad Biadadi Mal lam Anyushola' alaihi wasalli, Allahumma shali  'alaa Muhammad kama Tuhibbu Anyushola 'Alahi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Amarta Anyyushola 'Alaihi wasalli, Allahumma shali 'alaa Muhammad kama Yasbagis shalawati 'alaihi wasalli....aminn Ya Wahhab..amin Ya "Alimun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly   1 Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu. Bismillahirrahmanirrahim Allahummashalli 'al...