Cari Blog Ini

Jumat, 20 Juni 2014

Ibadah Yang Di Ridhoi Allah Ta'alaa


Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.

Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
 



“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”


Ibadah Yang Di Ridhoi Allah Ta'alaa
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (al-Quran Surat al-Isra ayat 23).

Menghormati hak-hak orang tua benar-benar merupakan beban berat, kecuali jika ada cinta yang tidak kecil di dalam hati kita kepada mereka. Semua kewajiban yang dibebankan kepada kita akan menjadi sesuatu yang ringan jika semua kewajiban tidak lagi dijadikan beban tetapi dijadikan sesuatu yang kita cintai.
Cinta menjadi satu kekuatan yang dapat mengubah segalanya termasuk mengubah beban berat menjadi sesuatu yang menyenangkan.
 Oleh sebab itulah Allah Swt mengatakan :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan PENUH KASIH-SAYANG (al-rahmah) dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (al-Quran Surat al-Isra ayat 23)

Mencintai orang tua bukan perkara WAJIB atau HARUS tetapi perkara KEPATUTAN sama seperti kita beribadah kepada Allah, beribadah kepada-Nya bukan sekadar kewajiban tetapi sesuatu yang memang sudah semestinya kita lakukan lebih dari kemestian kita bernafas atau kemestian kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik kita.

Tapi mengapa kita mesti mencintai dan menyayangi orangtua kita? Memang bagi orang-orang tertentu pertanyaan seperti itu menjadi sesuatu yang ganjil atau “kok yang begitu aja ditanyakan sih?”….Tapi bagi beberapa orang, bahkan di budaya modern, mungkin menjadi sesuatu yang perlu & penting.
Ketika Imam Shadiq as ditanya tentang makna ayat di atas, beliau berkata, “Ketika dikatakan “perlakukanlah orang tua kalian dengan baik.”, maksudnya adalah bahwa kalian seharusnya bergaul dengan mereka dengan sabar dan senantiasa memperlakukan mereka dengan baik; jangan menghadapi mereka dengan sikap buruk; siapkanlah bagi mereka apa pun yang mungkin mereka perlukan tanpa mereka harus memintanya, sekalipun mereka kaya.

Dan bawakanlah untuk mereka sesuatu (makanan atau hadiah) kapan pun kalian mengunjungi mereka. Bukankah Allah telah berfirman, “ Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran ayat 92)
Imam Shadiq berkata, “Jika salah satu atau kedua orangtua kalian sudah mencapai usia tua, tidak sabar, dan begitu lemah sehingga membuat kalian gusar & resah, maka janganlah kalian mengatakan hal sekecil apapun yang bisa menyakiti hati mereka.
Janganlah kalian meninggikan suara kalian meskipun mereka memukul kalian. Berbicaralah dengan santun kepada mereka dengan hanya menggunakan kata-kata mulia. Jika mereka mencoba memukul kalian lagi, katakanlah kepada mereka, “Semoga Allah mengampuni kalian berdua.” Inilah yang disebut kata-kata mulia.”
Rasulullah saww bersabda, “Pandangan seorang anak yang penuh cinta kepada kedua orang tuanya adalah ibadah.” Al-Bihar 77:149
IBADAH YANG CEPAT MENDATANGKAN RIDHA ALLAH
“Berbakti kepada kedua orangtua berasal dari pengetahuan (ma’rifat) yang benar tentang Allah, sebab tiada ibadah yang dapat membawa pelakunya lebih cepat sampai kepada ridha Allah ketimbang berbakti kepada kedua orang tua yang mu’min demi mengharapkan ‘wajah’ Allah” (Imam al-Shadiq as, Mishbah al-Syari’ah, Bab 31, hal. 70)

Allah SwT memerintahkan untuk bersyukur kepada kedua orang tua setelah bersyukur kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu” (QS 31 : 14) Setelah menyebutkan hak-Nya sendiri, Allah menyebutkan hak ibu bapak.

Kasyani menjelaskan, “Tuhan menempatkan berbuat baik kepada kedua orangtua setelah Tawhid (Peng-Esa-an Tuhan) dan anggapan Dia saja yag pantas disembah sebab orang tua berhubungan dengan Kehadiran Ilahi dalam kenyataan bahwa mereka merupakan penyebab dari eksistensimu. Dan mereka berhubungan dengan Kehadiran Tuhan dalam kenyataan bahwa mereka memeliharamu ketika kamu masih seorang bayi yang lemah dan tak berdaya, tanpa kekuatan dan gerakkan.

 Mereka adalah lokus perwujudan pertama di mana sifat-sifat Tuhan seperti penciptaan, ketuhanan, belas kasih, dan kebaikan menjadi terwujud dalam kaitannya dengan kamu. Dengan semua itu, hak-hak mereka harus dipenuhi, sementara Tuhan terbebas dari itu. Maka kewajiban penting setelah Tawhid adalah berbuat baik kepada mereka dan memenuhi hak-hak mereka sebisa mungkin” (Kasyani, Ta’wilat I : 717, Sachiko Murata, The Tao of Islam, hal. 202)


Dan tidak ada satu pun perintah Tuhan yang mesti dikemudiankan dengan perintah lainnya, jika kedua perintah tersebut berbenturan pada saat yang sama, kecuali perintah kedua orang tua.
Di dalam memuliakan kedua orangtua, Islam menetapkan hukum-hukum yang jelas dan kuat, dan tidak sekadar saran atau pun anjuran. Misalnya, dalam perkara yang disunnahkan Allah tapi berlawanan dengan larangan ibu atau bapak, maka anak-anak diperintahkan untuk menaati larangan ibu.

Jika seorang anak ingin melakukan puasa sunnah atau melakukan ziarah, akan tetapi ibunya melarangnya, maka sang anak wajib mematuhi ibunya. Jika sang anak tidak mematuhi ibunya, maka bukan saja ia tidak mendapat pahala dari puasa sunnah atau ziarahnya, bahkan ia berdosa lantaran penolakannya dari larangan ibunya.

Perkara lain di mana perintah ibu dihormati bahkan terbanding dengan perintah Tuhan, ialah jika perintah Allah yang wajib berhadapan dengan larangan ibu, dengan syarat perintah wajib tersebut bukan shalat fardu atau puasa Ramadhan.
Dalam hal demikian, mematuhi perintah ibu mesti didahulukan ketimbang perintah Tuhan. Misalnya, jika terjadi perang Jihad, maka mereka yang sanggup memikul senjata untuk menghadapi musuh, wajib turut serta di medan tempur.

Akan tetapi jika seorang pemuda yang telah memiliki semua syarat berperang namun tidak mendapat izin dari ibunya untuk berangkat (dengan syarat bahwa absennya tidak akan menimbulkan kerugian pada barisan kaum muslimin) maka ia dapat dibebaskan dari kewajiban itu semata-mata demi mematuhi ibunya.
Diriwayatkan bahwa seorang pemuda datang kepada Rasulullah, lantas berkata, “Wahai Rasulullah, saya masih muda dan penuh semangat, dan siap untuk bertindak dan mengabdi dan ingin pergi ke medan tempur untuk kepentingan Islam, akan tetapi ibu saya tidak mengizinkan saya meninggalkan beliau untuk pergi berperang?”

Rasulullah saww menjawab, ”Pulanglah dan tinggallah dengan ibumu. Aku bersumpah demi Allah Yang telah memilihku sebagai Rasul! Bahwa pahala yang kamu terima untuk melayani ibumu, meski semalam saja dan membuat ibumu gembira dengan kehadiranmu, adalah lebih besar ketimbang berperang jihad selama satu tahun.” (Al-Kulayni, Al-Kafi 2 : 130)

Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far al-Shadiq as, “Kebaikan apa yang diperintahkan Allah dalam al-Qur’an untuk ditunjukkan kepada ibu bapak?” Imam menjawab, “Kamu harus bersikap baik dan mulia terhadap mereka, dan tidak memaksakan mereka untuk meminta pertolonganmu ketika mereka dalam kesulitan, akan tetapi hendaklah engkau bersegera menolong mereka sebelum mereka memintanya darimu” Itulah salah satu yang dimaksud firman-Nya, ”Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepaa kebaktian (yang sempurna) sebelum engkau menafkahkan sebagian harta yang klamu cintai” (QS 3 : 92). Jika kedua orangtuamu menimbulkan rasa tidak enak padamu, janganlah kamu berbalik menyusahkan mereka. Dan seandainya mereka memukulmu, jangan kamu menyakiti mereka. Kamu harus berdo’a untuk mereka dan memandang mereka dengan keramah tamahan dan kaih sayang. Suaramu jangan lebih keras dari suara mereka, dan janganlah kamu berjalan mendahului mereka (meninggalkan mereka di belakang)” (Al-Kulayni, Al-Kafi 2 : 130)

Seburuk apa pun ibu kita, namun dialah yg telah bertaruh nyawa ketika kita dilahirkan dari rahimnya & dialah yg menghabiskan waktunya slm 9 bln demi melindungi kita & dialah yg rela mengorbankan waktu2 istirahatnya demi kita & dia pula yg memelihara kita dg sepenuh kasih-sayang. Tentu tak layak kita menyakitinya pdhal kini dia telah rapuh, ringkih & renta…Sdh sepatutnya kita mengisi hari2 tuanya dg kebahagiaan…

WASIAT IMAM KHOMEINI KPD PUTRANYA TENTANG IBU

Anakku, kini aku hendak berbicara sedikit tentang masalah pribadi dan keluarga, serta mengakhiri pembicaraanku yang panjang-lebar ini. Nasihatku yang terpenting kepadamu (dalam masalah ini), Anakku yang kusayangi, adalah untuk mengurusi ibumu yang paling setia itu. Seseorang tak dapat menghitung hak-hak ibu yang (memang) tak terhitung, dan seseorang tak mungkin bisa memenuhi hak-haknya.
Satu malam yang dijalani oleh seorang ibu dalam mengurusi anaknya bernilai lebih besar daripada bertahun-tahun kehidupan seorang ayah yang setia. 

Kelembutan dan kasih-sayang yang terkandung dalam mata-berbinar seorang ibu adalah kilatan kasih dan sayang Rabb Sekalian Alam. Allah, Subhânahu wa Ta’âlâ, telah meniupkan ke dalam hati dan jiwa para ibu kasih dan sayang-Nya sendiri dengan suatu cara yang tak terperikan dan tak seorang pun bisa menghargainya kecuali para ibu itu sendiri.

Berkat kasih-abadi-Nyalah maka para ibu, kukuh seperti ‘Arsy Allah itu sendiri, memiliki kekuatan untuk menanggung kesakitan dan kesusahan menjadi ibu, sejak awal kehamilan, selama kehamilan itu sendiri, persalinan, tahun-tahun anaknya masih bayi, dan sepanjang hidup anaknya. Itulah hal-hal yang seorang ayah tak bisa menanggungnya meski hanya semalam. Anakku, apa yang dinyatakan dalam hadis—yakni bahwa “surga terletak di telapak kaki ibu” adalah suatu kenyataan.

Dan hal itu telah diungkapkan dengan cara yang anggun seperti itu demi menekankan nilai-pentingnya yang luar-biasa dan untuk mengingatkan kepada anak-anak agar mencari kebahagiaan dan surga dalam debu di telapak kaki ibu. Juga agar mereka selalu ingat bahwa menghormati ibu adalah seperti berkhidmat kepada Allah. Dan agar sese orang mencari keridhaan Allah dalam keridhaan ibu.

Wallahu'alam
Barakallahu Fikum 
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
 


 Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim

Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly   1 Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu. Bismillahirrahmanirrahim Allahummashalli 'al...