Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.
“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min
syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa
mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha
illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
Al-Hullul-1
Manusia adalah makhluk yang paling
sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lain. Sejak lahir, manusia
telah dibekali dengan berbagai kemampuan. Kemampuan untuk mendengarkan,
melihat dan memahami berbagai fenomena alam berdasarkan kecerdasan
dengan sarana panca indera yang sempurna. Bahkan dalam kronologi
penciptaannya, sengaja Allah memilihkan dengan prosedur (cara) yang
berbeda.
Secara umum, dalam diri manusia terdapat dua dimensi yang antara keduanya saling mendukung. Pertama, dimensi
jasmaniyah (jasad) yang dalam kronologi penciptaannya berasal dari
tanah. Fenomena ini membangun sebuah argumentsi yang kokoh bahwa secara
jasmaniyah manusia berasal dari tanah dan yang memuaskannya, semua
berasal dari tanah serta ketika matipun, jasad dikembalikan ke tanah.
Kedua, dimensi ruhani (ruh) yang berasal dari Allah. Konsekuensi
logisnya, bahwa ruh berasal dari Allah dan yang bisa memuaskannya juga
sesuatu yang berasal dari Allah serta ketika manusia dinyatakan mati,
maka ruh kembali kepada Allah.
Dimensi jasad, mengantarkan manusia
memiliki fitrah (kecenderungan) membutuhkan sesuatu yang bersifat
materi. Sebaliknya, dimensi ruh mengantarkan manusia memiliki fitrah
insting keberagaman3, yang cenderung bernuansa spiritualis.
Antara keduanya menjadi satu kesatuan yang utuh dalam diri manusia.
Perspektif manusia seperti ini memberikan pilihan yang bersifat
probability bahwa manusia bisa terjerumus ke dalam jurang kenistaan yang
jauh dari perikemanusiaan atau bahkan mampu memahami secara
komprehensif dan mengantarkannya mendapat derajat yang tinggi baik
dihadapan Allah maupun dihadapan sesama manusia.
Manusia yang mampu memahami dirinya
secara utuh, maka akan sampai pada pengetahuan kedekatannya tentang
Tuhan. Artinya, manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri, maka
sungguh ia telah mengetahui dan mengenal Tuhannya. Pada tataran ini,
tidak ada batas dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi hubungan
langsung antara manusia dengan Allah. Menurut Harun Nasution “Intisari
dari mistisme, termasuk didalamnya sufisme adalah kesadaran adanya
komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhannya dengan
mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan
Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad bersatu dengan Tuhan.
Manshur al-Hallaj dalam pengalaman
spiritualnya, menemukan sebuah formulasi komunikasi ideal antara manusia
dengan Tuhannya. Formulasi ini dibangun berdasarkan persepsinya yang
utuh bahwa antara manusia dan Tuhan memiliki dua sifat yang sama, yaitu
al-Lahut dan al-Nasut. Apabila kedua sifat ini melebur jadi satu, maka
berarti antar manusia dengan Allah sebagai Tuhannya bisa menyatu.
Momentum menyatunya antara al-Lahut dan al-Nusut ini dalam teori
tasawufnya Mansur al-Hallaj disebut al-Hullul.
Abu Yazid al-Bustami dalam pengalaman
spiritualnya menemukan sebuah formulasi yang dikenal dengan istilah
fana’, baqa’, dan ittihad, istilah ini lahir setelah beliau
mengungkapkan perkataan ganjilnya yang seolah-olah bertentangan dengan
kebiasaan sehari-hari pada pengalaman banyak orang.
Wallahu'alam
Barakallahu Fikum
Barakallahu Fikum
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar