Cari Blog Ini

Senin, 30 Juni 2014

alhulul-13





Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu.

Bismillahirrahmanirrahim
Allahummashalli 'alaa Muhammad wa'alaa aalihi wa ashabihi wadlurriyatihi
washallim.

 
“Alhamdulillahi nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
 


Ada beberapa martir sufi yang mengakui ajaran ini misalnya syeh siti jenar
dgn slogannya "Tiada Tuhan Melainkan Aku". Atau Al Hallaj yang mengatakan
"Ana Al Haqq". Bahkan ada hadist nabi yang menceritakan bahwa nabi
Muhammad sendiri pernah mengatakan "Ana Ahmad bi la mim" (Ahad) artinya ya
Nabi seakan-akan bilang dirinya Tuhan. istilah2 tersebut jelas menandakan
bahwa Tuhan ada di dalam diri mereka. Bahkan di Quran pun dikatakan bahwa
Allah itu lebih dekat daripada urat leher kita.



Sebenarnya sistematis ajaran ini (ttg emanasi) awalnya diperkenalkan oleh
ibnu Arabi. Sementara ttg al hallaj ada info di bawah ini.

Dari seorang teman yang sedang ambil master di al azhar,
mas aman fatha.

Ttg al hallaj

Yang saya tahu, al-Hallaj pernah hidup dekat
dengan pembesar-pembesar istana, sedang pada
sisi lain dia hidup ditengah-tengah penduduk
yang fakir. Sekembalinya dari perjalanan
ke India,dia menjadi seorang guru yang
menyampaikan nasihat-nasihat dan berbicara
tentang "keluh kesah Cintanya",
menyebarkan ide-ide reformisnya.

Hidupnya kemudian senantiasa penuh dengan
penjara dan persidangan-persidangan yang
tak kunjung usai, penuh tuduhan hingga
pengadilannya yang terakhir tahun 309 H.

di depan Hakim al-Maliky (dari mazhab
imam Malik) Abu Umar al-Hamdy disertai
dua orang Qadhi (jaksa) masing-masing
dari mazhab Syafi`i dan dari Mazhab Hanafi
sebagaimana biasanya persidangan waktu itu.

Seingat saya, dalam beberapa persidangannya,
salah seorang Qadhi dari Syafi'i adalah
Ibnu Suraij. Ibnu Suraij ini yang kerap
membelanya dalam persidangan, tapi
kemudian mengundurkan diri dalam persidangan
selanjutnya karena pembelaannya
tidak didengarkan.

Seperti juga penegasan penulis buku "Kasf al-mahjub"
bahwa ia melihat di Iraq kelompok yang menamakan
dirinya "al-Hallajiyah" (pengikut Hallaj)
setelah lebih dari 100 tahun kematian Hallaj.

Ini tak jauh beda dengan ungkapan al-Ma`arry
dalam bukunya "Risalah al-Gufran" bahwa ada suatu
kaum di Bagdad yang menanti munculnya al-Hallaj.
Mereka tinggal di pinggiran sungai Tigris di
mana Hallaj disalib, menanti kembalinya Hallaj.

Al Ma`arry sendiri wafat 140 tahun setelah
penyaliban Hallaj. Dengan demikian, sebagaimana
yang bisa kita baca juga dalam buku "Akhbar al-Hallaj"
tak diragukan lagi kalau Hallaj memang menyibukkan
dirinya dengan problematika masyarakatnya.

Dan bisa dipastikan sikap Negara terhadapnya
tidak lain adalah "vonis" terhadap pemikiran
sosialnya ini. Sisi ini yang jarang diangkat
oleh orang-orang yang berbicara tentang al-Hallaj.



Konsepsi dan pemikiran al Hallaj

Kalau kita ukur dengan konsep Wihdatul Wujud,
masih ada satu tingkatan lagi di atas al-Hallaj.
Yaitu, syuhudul katsrah fil wahdah dan Syuhudul
Wahdah fil Katsrah. Dua kondisi ini setara dan
sama-sama berada dalam tingkatan yang paling tinggi.

Pertama, Musyahadah yang banyak dalam Yang Satu.
Kedua, Musyahadah Yang Satu dalam yang banyak.
Manusia yang padanya tergabung dua konsep ini
sekaligus hanya ada pada Nabi Muhammad Saw.
Orang yang berada dalam kondisi pertama akan
lebih sering menyendiri, sedangkan orang yang
berada dalam kondisi kedua akan lebih sering
terjun dalam masyarakat.

Namun yang lebih penting--dan ini yang ingin
saya tekankan-- yaitu bahwa kedua konsep ini
sama-sama menonjolkan kesadaran manusiawinya.
Artinya, kesadarannya sebagai manusia, lebih
umum lagi, kesadarannya sebagai makhluk.
Istilah al-Qur`an, Katakan (hai Muhammad)
kepada mereka: saya ini hanya manusia seperti
kalian, diwahyukan kepada saya al-Qur`an ini...

Penjelasan ini berdasarkan asumsi riwayat
bahwa al-Hallaj memang benar mengatakan perkataan
yang mustahil itu sehingga akhirnya dia dihukum bunuh.

Sedangkan al-Hallaj dalam penelitian lain
sebagai korban politik karena pro orang-orang
tertindas, maka bukan tidak mungkin kalau
sebenarnya al-Hallaj sudah mencapai Musyahadah
al-Wahdah fi al-Katsrah; Menyaksikan Yang Satu
dalam yang banyak.

Ketika dia melihat "yang banyak" itu teraniaya,
miskin, tidak mendapatkan keadilan, maka dia
berontak karena dia menyaksikan Yang Satu,
Yang Maha Adil, Yang Maha Kaya. Dan manifestasi
itu tidak sesuai dengan kondisi mereka.

Kenyataan itu yang membuatnya menginjakkan
kaki di bumi dengan dirinya sebagai manusia
untuk membela. Wujudnya tentu dalam praktik manusiawi;
menuntut kepada penguasa, mendobrak tradisi kekuasaan,
dsb. Dengan itu, dia telah sempurnakan tugasnya
sebagai manusia sebagaimana tuntutan Musyahadah
al-Wahdah fi al-Katsrah-nya. Dan itu yang
membuatnya terhukum.

Dengan penjelasan ini, tudingan kotor kepada
sufi yang kadang-kadang dengan
mengkonfrontasikannya dengan kehidupan Nabi
dan Para Sahabat adalah keliru.

Dalam argumen-argumen yang diajukan misalnya,
kita bisa baca bahwa mereka mengatakan,
konsep-konsep yang diadopsi oleh para sufi
itu tidak ada dalam kehidupan atau ajaran
Nabi Saw maupun Para Sahabat sesudahnya.

Saya pikir, itulah kesalahpahaman.
Hal itu, karena mereka menganggap bahwa
kaum sufi menyatakan kedudukan tertinggi
itu adalah seperti al-Hallaj (sesuai asumsi
riwayat pertama), atau kondisi yang "mabuk"
dan hilang kesadaran diri, tenggelam dalam
(manifestasi kebesaran) Allah. Memang bagi
kalangan sufi, itu termasuk kedudukan yang
tinggi. Namun masih ada tahapan di atasnya;
seperti yang sudah saya uraikan singkat di atas,
mencapai kesadaran manusiawi.
Kesadaran manusiawi dalam menggapai Allah,
itulah kehidupan para Nabi dan para
Sahabat Muhammad setelahnya.

Demikian, maaf sedikit kepanjangan
dengan memberikan jawaban yang tidak
hanya sebatas pertanyaan yang diajukan.
Wassalam





Hanya sekedar ikut nimbrung, dan saya tulis dsini bukan
maksud rasis me
(memakai bahasa Sunda) sekali lagi maaf ^_^
mungkin dengan sedikit kidung atau syair dbawah dapat
membantu jadi
penerangan dng artian "Manunggaling Kawula Gusti" :

Bismillah muji ngawitan, mugi Gusti ngawidian
Nyarios damelan Pangeran, mung Gusti Nu ngawidian
Gusti Nu Maha Kawasa, ngawasa sa alam dunya
Hirup paeh kudu terang, ti ayeuna urang teang
Ka jero bathin Nu caang, lamun panggih tong hariwang
Percaya urang teh kudu, tatanya urang teh perlu
Milari Na tong kaliru, bisi Nu ngomong Na palsu
Bisi urang hoyong terang, dina jero badan caang
Teangan di diri urang, lamun panggih ulah bimbang
Sing bener boga pangarti, harti keun ku ati Nu suci
Anu suci tampa pamrih, elmu naon tong ditolih
Tapi kudu jeung pamilih, Gusti mah teu weleh asih
Mi asih tampa wilangan, Gusti mah geuning nyarengan
Elmu Na urang teangan, Nu caangna dijero badan
Caang gebray awas pisan, cahaya Nu Pangeran

mungkin di atas dapat kita baca, yang dmana intinya
jika kita tafakuri dengan seksama akan terbuka dengan
sendirinya
dan inget....
kita harus waspada dan harus ada Guru Laku (Kyai) supaya
tidak salah arah
dalam penafsirannya

mungkin segitu dulu dari saya, dan mudah''an dapat
membantu adapun jika
banyak kesalahan dan kekurangan harap komentar dan saran
nya
karena saya jg manusia yg tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan.




Ajaran ini banyak ditentang karena Tuhan dan manusia
adalah hal yang
berbeda. Tuhan yang mencipta sedangkan manusia yang
diciptakan. Jadi
antara yang menciptakan dan yang diciptakan tidak bisa
bersatu.

Kalo logikanya orang awam : manusia menciptakan mobil ya
brarti mobil dan
manusia memang berbeda. Manusia mengambil bahan baku
untuk membuat mobil
diluar dirinya. nah kalau Tuhan menciptakan manusia
Apakah ia juga
mengambil bahan baku diluar diri-Nya?

Ada beberapa martir sufi yang mengakui ajaran ini
misalnya syeh siti jenar
dgn slogannya "Tiada Tuhan Melainkan Aku". Atau Al
Hallaj yang mengatakan
"Ana Al Haqq". Bahkan ada hadist nabi yang menceritakan
bahwa nabi
Muhammad sendiri pernah mengatakan "Ana Ahmad bi la mim"
(Ahad) artinya ya
Nabi seakan-akan bilang dirinya Tuhan. istilah2 tersebut
jelas menandakan
bahwa Tuhan ada di dalam diri mereka. Bahkan di Quran
pun dikatakan bahwa
Allah itu lebih dekat daripada urat leher kita.

Bagi mereka yang mampu melakukan zikir hingga mencapai
tahan "fana" maka
biasanya ia akan mengalami "mahzub". Namun mahzub tidak
mesti dalam
keadaan fana. Mahzub bisa terjadi dalam keadaan sadar.
Manusia yang
mengalami mahzub biasanya akan mengatakan "Subhani"
(Maha Suci Aku) dan
istilah2 lain yang "meniadakan" dirinya sendiri sehingga
memunculkan Tuhan
dalam dirinya.

Bagi orang awam yang mendengar istilah2 diatas tentu
akan mengatakan orang
itu sesat karena ngaku Tuhan. Bisa2 dihukum mati ntar
hehehe :D

Di kristen juga ada konsep Trinitas. Ini mirip sekali
dengan manunggaling
kawula gusti. Yesus pernah berkata "aku didalam Bapa dan
Bapa didalam
aku".
Ajaran MKG mengajarkan bahwa ada 3 unsur yang menyatu
yaitu :
1. Sukma Kawekas (Nur Illahi)
2. Sukma Sejati (Nur Muhammad)
3. Nur Insan

Nah bagaimana menurut kalian, setujukah dengan ajaran
ini. Apakah yang
bersatu itu secara Dzat ataukah menyatu dalam sisi Asma
dan Af'al-Nya
saja? Kalau bersatu secara asma dan af'al berarti tidak
menyatu ke Dzat-Nya melainkan hanya sampai pencapaian
sifat-sifat Tuhan saja. Nabi pernah mengatakan :
"berbudipekertilah kalian sebagaimana budipekerti
Tuhan".


Wallahu'alam 
Barakallahu Fikum 
Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu 
 



 Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma shallii alaa Muhammad Nabiyyil ummi wa barik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Wa umma wabarik 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man shalla' alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad Biadadi man lam an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama tuhibbu an yushalli 'alaihi wassallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama amarta an yushalli 'alaihi wasallim
Allahumma shallii 'alaa Muhammad kama yasbaqhis shalawatu 'alaihi wasallim.
 
Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamasollaita'ala Ibrahim.
Wabarik'ala Muhammadin wa'ala ali Muhammadin kamabarakta'ala Ibrahima fil'alamin.
innaka hamidunmajid
amiin Ya Karim
amiin Ya Wahhab..amiin Ya "Alimun
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly

Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly   1 Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatu. Bismillahirrahmanirrahim Allahummashalli 'al...